Di suatu tempat, di rumah yang tak terlalu besar, dengan berbagai macam ornamen gelap, Tora tengah sibuk bermain dengan ponselnya. Laki-laki itu, sesekali tersenyum, lalu sesekali menampilkan wajah kesal untuk apa yang sedang dilihatnya.
Laki-laki itu meminum kopi yang ada di hadapannya. Lalu, ia juga menghirup rokok elektrik dengan merk ternama. Betapa santai, Tora menikmati pagi harinya.
Di dapur rumahnya, ada seseorang yang sedang menyiapkan sarapan. Tora hanya perlu menunggu dan duduk santai.
Ia kemudian beralih akun media sosial. Ada beberapa akun atas nama bukan dirinya, alias akun fake yang ia miliki. Setelahnya, akun fake tersebut pun menyusup ke postingan-postingan milik Clara dan milik San.
Sambil menilik dua akun tersebut, di dalam kepala Tora, masih terngiang-ngiang. Beberapa kalimat yang membuat laki-laki itu terus menaruh dendam dalam waktu yang cukup lama.
"Kamu tidak memiliki potensi apa-apa. Belajarlah dulu, baru masuk bergabung ke sini."
Tora tertawa. "Belajar? Aku sudah belajar lama sekali. Sial. Dia yang bodoh. Dia yang harusnya belajar bagaimana harusnya bersikap jadi manusia."
Sambil menggerutu itu, Tora masih terus memantau media sosial milik San. Ia memperhatikan berbagai postingan San. Dari mulai yang terbaru, sampai yang dulu-dulu.
Ada banyak postingan semacam jadwal seminar, promosi buku, serta pemberitahuan soal open pre-order buku milik San sendiri. Lalu, yang paling baru adalah tentang perjalanan San ke luar kota untuk membuka bisnis barunya. Semua itu, Tora lihat dengan penuh teliti.
Ia pernah menginginkan hal yang sama. Semua yang sudah San raih. Ia pernah memiliki rencana dan mimpi yang sama persis dengan apa yang sudah didapatkan oleh San.
"San, kamu hanya beruntung. Tapi sayang, keberuntungan itu tidak akan berlangsung selamanya," ucap Tora lagi. Ia kemudian menuliskan berbagai macam kalimat-kalimat berisi cercaan dan hinaan di postingan milik San.
[Penulis paling sombong.]
[Dia hanya bersembunyi di balik topeng.]
[Penulis tidak tahu malu. Ia harusnya mati saja.]
Satu, dua, tiga, banyak sekali. Dengan akun fake-nya, dari ponselnya yang ke sekian. Ya, ia punya banyak ponsel. Ia juga membayar orang-orang untuk melakukan hal yang sama. Untuk menyusup ke akun media sosial San dan menuliskan banyak kalimat buruk di sana.
Ada lagi, satu kalimat yang juga terus mondar-mandir di kepala Tora. Satu kalimat dari Clara.
"Tidak perlu. Aku yang minta maaf. Mungkin, aku yang bodoh. Aku tidak bisa membaca orang. Aku tidak bisa membacamu dengan benar."
Kata-kata Clara itu, membuat San ingin tertawa dan ingin menangis sekaligus. Gadis itu memang ada benarnya. Di dalam pandangan Tora juga, Clara tak bisa membaca orang dengan benar. Termasuk membacanya.
Tora mencoba mengingat-ingat, kapan terakhir kali ia menjadi dirinya sendiri. Kapan terakhir kali, dirinya tampil apa adanya dan jujur. Rasanya, sudah sangat lama sekali. Ia ingin menjadi dirinya sendiri, tapi belum saatnya. Ia masih belum selesai dengan tujuannya.
Ia selalu bersembunyi dan mungkin masih akan terus sembunyi di balik topeng yang ia kenakan di depan banyak orang.
Tora sebenernya agak kecewa dengan topeng yang ia kenakan. Karena di depan Clara, topeng itu perlahan ingin terbuka. Seolah ingin menampakkan wujudnya.
Tora jadi ragu, ketika melihat postingan IG Clara yang sudah dipenuhi dengan haters. Kebanyakan, haters yang menghina Clara, itu juga adalah suruhannya.
Kebimbangan dan keraguan itu tak berlangsung lama. Karena setelah beberapa menit berlalu, Tora kembali melakukan hal yang sama terhadap akun Clara.
Laki-laki itu juga menuliskan kalimat demi kalimat buruk di sana.
[Clif hanya memanfaatkan San untuk menaikkan popularitasnya.]
[Ia tidak pantas untuk San, karena dia hanya perempuan busuk.]
Selain itu, ia juga menyusup di kolom komentar orang lain dan mencoba memprovokasi orang tersebut untuk membenci San dan Clara.
Setelah setengah jam berlalu, seseorang menyuguhkan sarapan di depan Tora. Laki-laki itu segera menyingkirkan ponsel-ponselnya dan tersenyum menatap makanan yang ada di depannya. Pagi yang indah, pikirnya.
***
Sementara itu, di perjalanan bisnisnya di luar kota, San berusaha fokus. Meskipun ia benar-benar menaruh kecemasan besar terhadap keadaan Clara, tapi ia berusaha untuk menyelesaikan semua pekerjaannya dengan baik. Ia tidak ingin semua rencananya berantakan. Lagi, ia percaya kalau Clara akan baik-baik saja.
Meskipun pesan dari San masih belum ditanggapi oleh Clara, tapi San sadar diri. Mungkin, gadis itu perlu waktu. Di dalam hidup, beberapa orang memerlukan cukup waktu untuk sendirian agar dapat berpikir lebih tenang.
San yakin, Clara juga seperti itu. Gadis itu, mungkin hanya perlu waktu sendirian.
"Bagaimana?" tanya salah satu bawahan San, alias Romi, alias asisten pribadinya.
"Mereka semua harus diselidiki. Tapi ingat, selidiki diam-diam. Cari tahu dengan benar, sampai kamu temukan mereka dan apa motif mereka sebenarnya. Harus sampai tuntas. Bukan kali ini saja, aku mendapatkan berbagai macam cacian. Sebelumnya, aku juga pernah. Tapi, sepertinya, kali ini aku ingin ini dituntaskan."
Romi mengangguk. Di depan laptopnya, laki-laki itu seperti sedang mencari berbagai informasi.
"Baik. Aku akan mencoba mencari tahu. Tapi, entah kenapa, dari cara mereka berkomentar, kupikir ada banyak akun yang sepertinya ...."
"Dibayar?" San memotong kalimat yang diucapkan oleh Romi.
"Ya, tepat. Sepertinya, ada orang yang memang membayar banyak orang untuk melakukan ini."
San kemudian mulai berpikir. Ia mulai menebak-nebak. Siapa kiranya yang memiliki dendam terhadapnya, atau berniat buruk terhadap dirinya dan Clara.
Laki-laki itu punya beberapa nama. Salah satunya adalah Tora. Meskipun bagi San, sebenarnya potensi Tora untuk jadi pelaku cukup kecil, karena Tora tak memiliki banyak uang. Itu yang San kira.
Namun, Tora merupakan salah satu orang yang San yakin, pernah menaruh kebencian kepada dirinya.
"Apa yang akan kamu lakukan, kalau sudah tahu siapa dalang di balik kekacauan ini?" tanya Romi setelah beberapa saat.
"Penjarakan."
"Tapi itu, akan terlalu terlihat. Citra dari ...."
"Diam. Oke. Maksudku, penjarakan hidupnya. Kita bisa melakukan hal yang lebih membuatnya merasa terkurung, daripada sekadar mendekam di penjara."
"Oke."
San berpikir untuk waktu yang lama tentang hal itu. Ia masih menebak-nebak, siapa sebenarnya yang menimbulkan kekacauan dalam hidupnya.
Jika itu Tora, maka ia harus bersiap. Ia harus membuat Clara jauh-jauh dari laki-laki itu. Jangan sampai, jangan sampai Clara terjebak atau ditipu oleh Tora.
San mengetik beberapa pesan kepada Clara, meskipun San tahu, kalau Clara masih akan mendiamkannya. Tapi itu lebih baik, daripada tidak mengirim pesan sama sekali.
[Aku akan pulang sebentar lagi. Aku sudah menyelesaikan urusanku dengan cepat. Dengarkan aku, Clif. Jangan terlalu dekat dengan orang-orang di kantor. Siapa pun itu. Jangan. Aku mencintaimu. ]