Naren menatap gelas minumannya yang sudah hampir kosong. Di samping gelas itu, terdapat minuman yang masih utuh. Pembicaraan antara dirinya dengan Arga sudah selesai. Lelaki yang lebih muda darinya itu, sesaat yang lalu, berjalan gontai dengan wajah yang pucat, dan dibantu oleh perawatnya untuk masuk ke dalam mobil. Naren memegangi kepalanya sendiri. Situasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ada beberapa percakapan yang barusan terjadi, dan kini menempel kuat di dalam pikirannya. "Aku sakit. Aku sedang sakit. Dan dia membuatmu bisa bertahan. Novelnya, tulisannya, semua yang dia katakan adalah beberapa alasan kenapa aku mau bertahan sampai sekarang." "Tunggu, apa maksudmu?" Arga tersenyum dan mengedarkan pandangan ke arah lain, sebelum menjawab. "Aku tidak percaya ini. Aku tidak