Zyzy turun dari taksi tepat di depan minimarket miliknya, ia raih paperbag yang ada di sebelahnya dan kemudian masuk dalam minimarket, Arin, Andri dan Evi bergantian menyapa Zyzy.
“Selamat pagi mbak Zyzy,” sapa Arin yang sedang mengisi etalase kosong di depan meja kasir.
“Selamat pagi Rin,” jawab Zyzy berjalan menuju ruangannya dan berpapasan dengan Andri yang sedang mengepel lantai.
“Selamat pagi mbak Zyzy,” pagi Ndri.
Saat Zyzy masuk dalam ruangannya yang jadi satu dengan gudang ia melihat Evi meletakkan laporan harian di meja kerjanya.
“Selamat pagi mbak Zyzy, ini laporan harian untuk penjualan kemarin mbak.”
“Letakkan saja disitu Vi, nanti saya periksa ya, kamu boleh membantu Andri dan Arin di depan.”
Zyzy meletakkan paperbag dan tas tangannya di atas meja kerjanya dan kemudian duduk di kursi kebesarannya, ia mulai memeriksa laporan penjualan harian minimarket miliknya itu, tidak ada kenaikan signifikan walau tidak menurun.
Zyzy sibuk memeriksa laporan juga sesekali mengawasi kinerja karyawannya, bukan karena ia tidak percaya dengan karyawan karyawannya tapi ia juga perlu ikut berkontribusi dalam proses penjualan di minimarket miliknya itu. Terkadang ia menjadi kasir kadang ikut mengisi display barang barang di rak, Zyzy juga sesekali kembali ke ruangannya untuk melakukan pekerjaannya.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul lima sore, Zyzy sudah selesai mandi dan memakai gaun yang ia bawa karena ia akan dinner dengan Leon kekasihnya karena hari ini adalah hari ulang tahun Leon. Zyzy keluar dari ruangannya dengan clutch yang serasi dengan gaun yang ia kenakan juga high heels.
“Aku pulang duluan ya,” pamit Zyzy pada karyawan karyawannya yang sedang bertugas, kali ini shift sudah berganti yaitu Santi, Linda dan Edo.
“Iya mbak Zyzy, mau makan malam dan merayakan ulang tahun mas Leon ya?” tanya Santi.
“Iya.”
“Have fun ya mbak Zyzy.”
“Thank you,” Zyzy berjalan keluar dari minimarketnya, ia tersenyum karena mobil Leon sudah terparkir di area parkir minimarketnya, Zyzy kemudian berjalan menuju mobil Leon, pintu mobil terbuka dan menampakkan Leon dengan kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya. Leon tampak gagah dengan kemeja berwarna navy juga celana black jeans yang memberi kesan semi formal. Leon juga kemudian berjalan ke arah Zyzy.
“Hai…” sapa Leon.
“Hai, sudah lama?”
“Not Really, ready?”
Zyzy mengangguk, Zyzy dan Leon kemudian berjalan menuju mobil Leon, Leon membukakan pintu mobil sport Bugatti Centodieci miliknya untuk Zyzy, Zyzy masuk dan duduk di jok sebelah pengemudi, mobil yang dipakai Leon mengigatkan Zyzy pada kejadian kemarin dimana ia melihat seorang pria sombong yang berlaku semena mena pada pengemudi taksi yang ia tumpangi.
Leon kemudian berputar dan membuka pintu mobil jok pegemudi dan duduk di sebelah Zyzy, ia menoleh kepada Zyzy dan melihat wajah kekasihnya itu seperti sedang sebal.
“Kamu kenapa sayang?” tanya Leon.
Zyzy menoleh, “hem… oh nggak apa apa, hanya saja mobil kamu meangingatkan aku pada kejadian kemarin.”
“Kejadian apa?”
“Hanya kejadian yang tidak perlu diingat sebenarnya, aku bertemu seorang pria sombong yang semena mena pada sopir taksi yang sedang aku tumpangi.”
“Aku yakin kamu berdebat dengan pria itu kan?”
Zyzy tersenyum geli, “tahu aja kamu.”
“Kamu… kenapa selalu ikut campur urusan orang.”
“Bukannya ikut campur sayang, tapi aku tidak suka jika ada orang yang semena mena pada orang yang lemah.”
“Ya sudah tidak perlu diingat lagi, aku tidak mau mood kamu buruk, today is my birthday.”
“Iya iya sorry, ayo berangkat.”
“Okay,” Leon kemudian menyalakan mesih mobil dan menjalankan mobilnya keluar dari area parkir minimarket Zyzy menyusuri jalan raya.
“Kita dinner dimana?” tanya Zyzy.
“Ada deh, rahasia.”
“Kenapa main rahasia rahasiaan sih Yang?” tanya Zyzy pura pura cemberut.
Leon hanya tersenyum dan fokus dengan jalanan di depannya, satu jam kemudian mobil mobil sport Bugatti Centodieci Leon berbelok memasuki sebuah restoran yang mewah, Leon ingin makan malam saat hari ulang tahunnya berkesan apalagi ia makan malam dengan kekasih yang sangat ia cintai.
~~~
~~~
Zyzy dan Leon sudah duduk behadapan di sebuah meja yang memang khusus untuk dua orang, Leon memilih tempat yang lebih privat di lantai dua yang hanya memiliki 6 meja untuk pasangan jadi tidak terlalu ramai. Keduanya sudah menikmati makanan yang mereka pesan, steak dan salad tak lupa birthday cake.
Setelah selesai makan, keduanya kemudian menikmati dessert ice cream rasa strawberry.
“Happy birthday sayang,” ucap Zyzy menyalakan lilin diatas birthday cake dan meminta Leon meniupnya.
Leon tersenyum dan akan meniup lilin itu tapi Zyzy mencegahnya, “Make a wish dulu sayang,” pinta Zyzy.
Leon memejamkan matanya sesaat kemudian meniup lilin diatas birthday cake, sedangkan Zyzy mengeluarkan sesuatu dari dalam clutchnya, sebuah kotak yang sudah dibungkus kertas kado.
“Ini buat kamu,” ucap Zyzy.
“Thank you sayang.” Leon meletakkan kado dari Zyzy di atas meja, ia kemudian meraih kedua tangan Zyzy dan menggenggamnya.
“Aku mau mengatakan sesuatu sayang,” ucap Leon.
“Apa?”
“Kita sudah cukup lama menjalin hubungan ini, kita sudah saling mengenal, kamu juga sudah mengenal keluarga aku dan demikian juga aku, aku mau hubungan kita ke tahap yang lebih serius.”
Zyzy tertegun, ia menatap Leon, tak menyangka Leon membicarakan sesuatu tentang hubungan mereka, memang mereka sudah cukup lama berpacaran sejak mereka kuliah tapi Zyzy masih ingin mengembangkan usaha minimarket miliknya dan ingin memiliki franchise dan memiliki cabang di berbagai daerah dan itu butuh waktu panjang.
“Maksud kamu apa sayang?” tanya Zyzy walau ia sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan oleh Leon.
“Aku ingin meminang kamu untuk menjadi istriku,” ucap Leon mengeluarkan kotak beludru dari balik celananya dan membukanya di hadapan Zyzy, tampak sebuah cincin berlian memukau Zyzy, kilaunya sangat indah. Zyzy menatap cincin itu dan Leon bergantian.
“Zyvara Alina Chandara, will you marry me?” tanya Leon menatap Zyzy.
Mata Zyzy membola mendengar kata keramat yang digunakan untuk meminang kekasih hati, tapi Zyzy diam seribu bahasa, karena ia belum ingin menikah dalam waktu dekat.
“Sayang… aku…”
“Jawab dulu Zyzy sayang…”
“Aku tidak bisa Leon… untuk saat ini…”
“Apa? kenapa?”
“Kamu tahu kan kenapa? aku masih ingin mengembangkan minimarket.”
“Apa menikah denganku akan menghambat semua cita citamu itu? tidak kan?”
“bukan begitu tapi aku…”
“This is my birthday, my special day dan aku mau kamu menjadi calon istriku di hari special ini, bukan hanya menjadi pacar Zy, tapi kenapa sulit kamu membawa hubungan kita ke tahap serius.”
“Aku tidak bermaksud begitu Leon, aku mau menjadi istri kamu tapi tidak dalam waktu dekat ini, please kamu mengerti aku.”
Leon menutup kotak beludru ditangannya dan berdiri, ia kembali mengantongi kotak itu, wajahnya terlihat marah.
“Kamu… hhhh sudahlah, kamu egois Zy,” ucap Leon kemudian berbalik dan meninggalkan Zyzy.
“Leon… tunggu…” Zyzy berdiri tapi tidak berniat mengejar Leon, ia tahu Leon sedang marah kepadanya dan kemarahan Leon tidak akan reda secepat itu karena ini menyangkut harga dirinya sebagai seorang pria. Zyzy menghela nafas panjang, ia menatap birhbirthday cake di depannya, juga kado yang ia berikan pada Leon masih ada di atas meja.
Zyzy merasa belum siap menikah saat saat ini dan jika ia menerima pinangan Leon, itu berarti ia sudah siap menikah segera karena pasti Leon akan memberitahu keluarganya dan pasti akan ada pertemuan dua keluarga untuk membicarakan pernikahan. Setelah itu ia akan disibukkan dengan persiapan pernikahan juga kehidupan setelah menikah yang akan menyita waktunya dan pasti akan menghambat apa yang ia cita citakan.
Zyzy ingin mewujudkan mimpinya dulu memiliki banyak cabang minimarket baru ia akan tenang menjalani kehidupan rumah tangga, Zyzy kemudian berdiri dan berjalan turun dari lantai 2 restoran itu menuju kasir, saat ia akan membayar tagihan ternyata Leon sudah membayarnya, walau Leon marah, Zyzy tahu kekasihnya itu paling anti meminta wanita membayar tagihan.
Lynagabrielangga.