"Nona! nona, anda tidak apa-apa?" Suara dengan nada cemas mengejutkanku yang masih berjongkok menyembunyikan kepala di kedua kaki. "Sekertaris Rey," Lirihku. Ku kira Rangga. Mataku langsung memanas, ingin menangis. Nadia apa yang kau pikirkan! Jarak Jerman itu bukan semeter! Gumamku kembali menjatuhkan kepalaku ke tumpuan kaki. Aku merindukan kakak, hiks. "Nona, apa kaik-baik saja? Apa ada yang terluka?" tanyanya. Wajahnya berkerut panik. Aku menggeleng cepat. "Vian," ucapku terbata. Aku takut pria itu menangkap dan menyiksaku. "Tenang nona, kita aman. Pria itu sudah di tangkap oleh bodyguard kita," tutur Rey. Aku menghembuskan nafas lega. "Maaf nona, maafkan saya telah lalai menjaga anda." Seketika Rey menjatuhkan tubuhnya dan bersimpuh di depanku, aku menatapnya iba. Pria itu te