"Kakak?" pekikku. Aku terkejut melihat Rangga sudah di depanku, wajahnya terlihat sendu. Dia mencoba menyentuhku sontak membuatku langsung mundur, menatapnya tak kalah sendu. Arti tatapan protes jika aku kecewa atas sikapnya kemarin. "Maafkan aku...." ulangnya. Aku bergeming, menatapnya hanya mengingatkanku pada kejadian kemarin. Mataku sudah memanas. Entah karena kerinduan atau kemarahan, yang pasti aku ingin sekali menangis. "Tolong! tolong jangan menangis." Masih mencoba menyentuhku, namun lagi-lagi aku menghindar. "Aku bisa jelasin semuanya, Nad," ucap Rangga sendu. Aku masih diam. Menatap kedua matanya yang selama tiga bulan ini ku rindukan. "Nadia sayang!" Panggil ibu membuatku langsung mengusap air mata kasar. "Nak Rangga? Apa Nadia sudah sele-, hey! kau belum mandi juga?"