Kini waktunya Selita akan pergi dari rumah Sabine. Dia peluk Sabine kuat-kuat di salah satu pojok ruang tamu. Dia tumpahkan segala penyesalan dan maafnya di sana. Sabine pun tak kuasa menahan tangis harunya. Tangisan Selita terdengar sangat beda. Tidak pernah Sabine mendengar tangisan seseorang yang penuh dengan penyesalan seperti tangisan mamanya sekarang. "Maafkan Mama yang dulu tidak menghendakimu, yang mengabaikanmu, yang menolakmu saat berdekatan dengan Mama," ucap Selita penuh penyesalan. "Aku yang seharusnya minta maaf, Ma. Maafkan kehadiranku..." balas Sabine. Selita menggeleng kuat. "Mama yang salah, Nak. Perbuatan Mama tak termaafkan. Berbuat yang di luar aturan, kemudian menelantarkan kamu." "Mama nggak pernah menelantarkan aku. Mama masih beri aku kesempatan bersenang-sen

