"Cinta kamu." Ulang Pak Adam, tangannya masih mendongakkan daguku dan tatapannya lekat ke wajahku membuat jantungku terus berdentam-dentam menyesakkan d**a. Sesaat, kami hanya diam saling memandang. Sumpah gak nyaman banget. Deg-degkan banget. Pak Adam tiba-tiba tertawa kecil, membuatku mengernyit heran. "Kenapa, Pak?" Ia kembali tertawa. Berkata dengan tatapan lurus ke wajahku. "Tidak papa. Saya hanya heran, kamu terlihat begitu tegang seolah saya mau makan kamu. Padahal saya hanya bilang, bahwa saya cinta kamu. Saya cinta kamu, Lana." Pak Adam berkata dengan tatapan sungguh-sungguh. "Jadi, bagaimana?" "Bagaimana apa, Pak?" Berdebar dadaku, aku menarik napas panjang mencoba mengenyahkan gugup. Pak Adam mencondongkan tubuh mendekat, membuat jantungku mengentak kuat dan aku sampai k