POV Adam Aku mengemudi sambil sesekali melirik Lana, dia menatap ke luar jendela, sebentar-sebentar ia tersenyum dan tertawa sendiri. Dia pasti begitu terguncang saat ini. Sama sepertiku dulu. Saat mengajukan cerai, pikiranku tidak menentu dan aku terus ragu-ragu. Selalu berkata pada diri sendiri, apa keputusan ini sudah tepat? Dan aku akan meyakinkan diri bahwa pilihanku sudah yang paling baik. Yang namanya pengkhianat, dia tidak akan pernah bisa dipercaya sampai kapan pun. Kalau dimaafkan, pasti suatu saat bisa kembali berkhianat. Bulan-bulan pertama setelah cerai, aku terus memikirkan Rifani. Biasa tidur berdua, ada yang bergelayut manja dan ada yang selalu menyambutku tiap pulang kerja dengan senyum manis, setelah cerai yang menyambut selalu kehampaan. Aku akhirnya mencari-cari kesi