POV Ilana Bang Rivan menggeleng tak percaya dengan mulut sedikit membuka. "Pergi, kamu bilang? Ila, apa kamu lupa? Itu adalah rumah Abang juga," sahutnya lirih sambil menoleh ke belakang. "Dan Abang tidak mau kita cerai." Lanjutnya lagi. Suaranya melunak tapi wajahnya masih begitu marah. Bang Rivan tampaknya begitu cemburu pada Pak Adam. Aku tersenyum mengejek. "Abang mau kita cerai atau gak, aku tetap akan gugat cerai." Suaraku lirih, tapi tegas. Aku malu bicara keras karena beberapa tetangga masih memperhatikan kami, ada yang berdiri di halaman rumahnya, ada yang di ambang pintu. Syukurlah beberapa orang akhirnya menutup pintu rumahnya. Sudah tidak bisa diganggu gugat lagi, besok aku harus mendaftar perceraian. Urusan memberi Bang Rivan dan Rifani pelajaran pikirkan nanti saja, yang p