67

1909 Kata

POV Ilana "Kenapa? Bukannya kamu seharusnya segera mengobati saya?" Pak Adam menyentuh wajahnya dan meringis. Dengan d**a berdebar hebat dan wajah merona malu, akhirnya kutuang alkohol ke kapas, aku mengusapkannya perlahan ke wajah Pak Adam, kemudian memberinya betadine. Pak Adam terus memandangiku yang membuat perasaanku jadi semakin tak karuan saja. "Terima kasih," katanya saat kututup kotak obat. Aku mengangguk. Ia terus memandangiku, membuatku semakin canggung. Hening. Kutatap jam dinding telah menunjukkan pukul 6 sore. Pasti sebentar lagi azan. Dan benar saja, azan magrib berkumandang bersahut-sahutan dari beberapa masjid dan mushalla. "Sebaiknya bapak segera pulang, udah magrib." "Ini saya baru saja mau pamit pulang," sahutnya. Ia lantas berdiri, namun saat mulai melangkah yang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN