Meta sedang membuat catatan daftar barang-barang yang perlu dibawanya menjelang keberangkatan mereka ke London minggu depan. Sementara Ian menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. “Ta...” “Ya?” “Kita belum ke makam Mama Senja lho.” Tangan Meta yang masih menarikan pena di genggamannya berhenti seketika kala mendengar Ian menyebut nama Ibu kandungnya. “Aku ga tau gimana keadaan makam Mama Senja sekarang...” lirih Meta. “Kenapa sayang?” “Terakhir aku ke Jogja, aku cuma ngasih duit sedikit ke penjaga makam. Ini sudah lewat empat tahun, Ian.” “Aku kontak temanku yang jual tiket ya? Besok kita flight ke Jogja. Liburan tiga hari sekalian cek makam Mama. Gimana?” “Ian ga apa-apa?” Ian tersenyum, menepuk-nepuk matras di sampingnya, meminta Meta beranjak dari depan meja rias