Kedatangan Adik Chaing He

1096 Kata
Kedatangan Adik Chaing He Chaing He menghampiri kami dan duduk di sampingku, dia melihatku dan aku menyiapkan sarapannya. Orang tuanya tertawa dan aku jadi diam. “Itu, ak-“ “Iya tidak apa kok,” jawab papanya dan aku hanya tersenyum. Selesai makan kami langsung pamit berangkat kerja. “Halo!” teriak seorang gadis memakai baju SMA membuka kasar pintu, dia menatapku yang membawa tas Chaing He dengan tatapan heran. Siapa lagi gadis ini? Apa dia adiknya Caroline? Mampuslah, hidupku bakalan hancur mulai hari ini. Dia menghampiriku, dengan tatapan semakin heran. “Kakak pacarnya Kak Chaing He ya?” teriaknya sambil memelukku erat, aku hanya diam dan melepaskan pelukannya. “Ti-“ “Iya, kamu mengganggu kami harus pergi,” sela Chaing He. Sejak kapan aku jadi pacarnya, dia bilang Chaing He kakaknya, berarti dia adiknya. Cantik juga sih, satu keluarga memang memiliki paras yang cantik dan tampan. “Sejak kapan aku jadi pacarmu?” tanyaku saat sudah berada di mobil. “Sejak aku dijodohkan, kau akan jadi pacarku sementara.” Manusia kurang ajar, aku hanya dijadikan mainannya saja. Dia kira aku tidak punya hati? Dengan seenaknya mengatakan aku hanya akan jadi pacar sementara saja bagi dia. Selama perjalanan aku hanya diam, sesampainya di kantor aku memulai pekerjaanku. Belum ada satu menit aku duduk dia sudah menghubungiku kembali. “Buatkan aku teh,” ucapnya. Ingin aku marah tapi rasanya tidak berguna sama sekali, aku pergi ke dapur dan melihat beberapa karyawan sedang berkumpul sambil berbincang, apa mereka tidak takut dihukum karena tidak kerja. Aku tidak peduli, aku menyiapkan teh untuknya, saat teh itu sudah siap ada seorang gadis datang padaku, dia hanya diam dan menatap cangkir yang aku pegang. Apalagi sekarang yang akan terjadi. “Ini buat bos kan? Biar kan aku yang membawanya?” ucapnya langsung mengambil cangkir tersebut, dasar w*************a. Aku langsung kembali ke tempatku. Baru saja lima menit yang lalu aku duduk, manusia sialan itu menghubungiku lagi “Apa lagi?” tanyaku sedikit kesal, dan dia hanya diam tidak mengatakan apa-apa. Apa lagi yang dia pikirkan “Datang ke kantorku.” Aku menutup teleponnya dan langsung pergi ke kantornya. Aku tidak tahu apalagi yang diinginkan pria ini. Sesampainya di depan pintu ruangan kerja miliknya, aku langsung masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu. “Apa lagi?” protesku dan dia memasang wajah kesal, ingin memarahiku. Tapi aku tidak peduli sama sekali, terserah dia mau jungkir balikkan aku sekalian pun, aku terima saja. “Aku menyuruhmu membuat teh dan mengantarnya padaku, tapi kenapa orang lain yang mengantarnya?” tanyanya. “Dia yang mengambil dari tanganku, aku bisa apa?” jawabku kesal, dia memanggilku karena hal itu saja, yang benar saja. “Kau! Pergi saja sana,” ucapnya dan aku langsung pergi, selama perjalanan menunu ruanganku. Aku mengecek ponselku, tanpa kusadari tiga hari yang lalu sahabatku mengirimi aku pesan. ‘Ya, aku tidak pernah dihubungi lagi, mentang-mentang sekarang uda sama orang kaya dan kerja di negara lain, lupa sama sahabatnya. Kalau kamu baca pesan ini dan tidak sibuk langsung hubungi aku ya. Aku punya gosip kelas atas, pasti kamu penasaran. Cepat hubungi aku, aku uda kangen ini. Bye sayang, dari sahabatmu Shiyo.’ Maaf Shiyo, aku baru lihat. Aku akan mehubunginya nanti malam. “Kau!” Aku langsung mengangkat kepalaku, wanita itu. Dia wanita yang menarik cangkir dariku tadi, sehingga aku dipanggil dan mengganggu tugasku. “Apa?” jawabku dan mereka langsung menarikku, aku menolaknya tapi kekuatan mereka bertiga cukup mengerikan, aku berhasil tertarik ke kamar mandi. Kali ini aku tidak tahu musibah yang akan menimpaku. “Apa hubunganmu dengan bos, sehingga bos menolak teh yang aku bawakan?” Benar yang aku katakan, masalah ini pasti akan terjadi, aku harus mencari alasan agar aku tidak dimarahi. “Setela mengantar teh bos itu, aku akan meracik obat untuknya. Bos susah tidur jadi aku disuruh mengatur jadwal obatnya,” jawabku. “Tidak mungkin kau pasti berbohong,” ucapnya mau melayangkan tangannya, tapi dia menahannya sendiri. Aku langsung pergi ke ruangan Chaing He memberi tabu alasan ini. Aku langsung masuk dan melihatnya sedang sibuk mengecek laptopnya. “Kamu mau mengurangi karyawankan? Tadi ada tiga komplotan yang mau menamparku, kamu bisa memecat mereka,” ucapku dan dia tersenyum. “Kemarilah,” ucapnya dan aku mendekat. “Bantu aku menyelesaikan ini, kepalaku pening,” ucapnya lagi dan aku duduk di pahanya membantunya menghitung kembali uang perusahaan. “Jika kau tidak bisa duduk tenang, satu orang lagi akan bangun,” ucapnya dan aku langsung diam. Rasanya tidak enak sama sekali, dia juga mencium punggungku membuatku geli. “Jika kamu menciumku aku tidak akan bisa tenang,” jawabku dan dia tetap melanjutkannya. Aku hanya bisa menahan perbuatannya, aku tahu aku sedang halangan, tapi kalau dia meminjam tanganku lagi itu akan sangat menjijikkan. “Ini hukumanmu, aku menyuruhmu membawa teh tapi orang lain yang datang memberikan.” Aku kan sudah memberi tahu alasannya kenapa dia malah mengungkitnya lagi sekarang. Aku tetap fokus mengecek data keuangannya, sampai dia memeras milikku aku tidak tahan lagi, kubalikkan badanku menghadap ke dia, dan dia malah tersenyum memandangku. Dibukanya kancing bajuku, dilepasnya pengait yang menghalangi dan aku hanya diam, aku menatap ke pintu dan dia menggeleng, apa dia yakin saat dia melakukannya tidak akan ada orang yang masuk. Dia mulai melakukan aksinya dan aku memperhatikan ketakutan, di memainkan dengan aneh, benda panjang di mulutnya sungguh sanggat terampil. Sesekali dia menggigitnya dan membuatku memukul kepalanya. Tapi ini sungguh sangat luar biasa, kutekan kepalanya agar semakin dalam ciuman yang dia berikan kepadaku. Aku melihatnya melakukan seperti anak bayi, dia sungguh tampan. Aku langsung memberi kode padanya, sudah lima menit dia melakukan ini dan aku harus balik ke ruanganku. Tapi dia tetap melakukannya, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menikmatinya saja. “Kakak!’ teriak seseorang membuka pintu kasar, aku langsung memakai pakaianku dan merapikannya juga. Chaing He tampak kesal. Aku melihat ke belakang, dan gadis yang teriak itu adalah adiknya. “Eh, belum sampai inti kan? Aku akan keluar,” ucapnya berjalan mundur pelan. “Kemari kamu!” panggil Chaing He dan aku langsung dari atasnya. Aku malu memperlihatkan wajahku pada adiknya, aku ketahuan melakukan hal seperti itu di depan anak kecil. “Jika kami sudah sampai inti bagaimana? Jika mau masuk biasakan ketok terlebih dahulu,” ucap Chaing He menjewer telinga adiknya. “Itu salah Kakak, kalau Kakak mengunci pintu tidak akan ada yang masuk kan? Bagaimana jika bukan aku yang masuk tadi,” bantahnya dan Chaing He melepaskan tangannya dari telinga adiknya. “Xia Xi, masalahnya Cuma kamu saja yang berani masuk ke ruanganku tanpa mengetok terlebih dahulu, mengerti!” tegas Chaing He sedikit keras dan adiknya malah memayungkan bibirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN