Keesokan hari … “Mas, aku malu ketemu Ibu,” ujarku ketika Mas Hanif mengajakku berkunjung ke rumah Ibu. Selain memang sudah jatah menjenguk, Mas Hanif juga ingin menunjukkan pada beliau kalau aku sudah berhasil dibawa pulang. Sebenarnya aku ingin menunda barang sehari, tetapi Mas Hanif sudah tak sabar. Mungkin dia ingin segera memberi tahu Ibu kalau dia telah berhasil menuntaskan masalah kami. “Enggak perlu malu. Ibu enggak akan tanya macam-macam. Percaya sama Mas, Da.” “Waktu itu aku minta dipeluk Ibu karena takut banget kalau aku enggak akan bisa meluk beliau lagi.” Mas Hanif meraih tanganku, lalu tersenyum. “Ibu sayang banget sama kamu, Da. Beliau nungguin kamu main lagi dan minta Mas yang bawa. Kalau kamu enggak lekas ketemu beliau, lama-lama Mas beneran enggak boleh masuk rumah i