96. Diary Penyembuh Luka

2507 Kata

Aku tidak mau ambil risiko, jadi aku tidak mengiyakan ajakan Bu Lala. Aku bilang padanya kalau aku akan memaafkannya, jadi dia tidak perlu menjelaskan apa pun lagi padaku. Baiklah, aku memang sangat penasaran dengan apa yang terjadi padanya sampai dia menjadi ‘gila’. Namun, aku tidak akan mempertaruhkan keselamatan calon bayiku demi rasa penasaran yang mungkin saja lain kali bisa terpuaskan. Barangkali Mas Hanif tahu, aku bisa bertanya padanya. Ya sudah. Akhirnya Bu Lala pulang, aku pun sama. Mungkin terkesan agak tega, tetapi aku tidak peduli. Dia saja bisa sangat tega padaku, kenapa aku tidak bisa? Toh keenggananku ini tidak sampai membuatnya celaka. “Masak apa, sayang?” tanya Mas Hanif begitu keluar kamar. Dia baru saja pulang dan langsung mandi. Hari ini dia pulang sangat telat. De

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN