Aku menunggu Mas Hanif dengan cemas. Kini dia sedang menemui Bu Lala di café ujung jalan. Aku sendiri tetap di rumah karena dia tidak membolehkanku ikut. Barangkali dia takut kalau Bu Lala akan kembali menyerangku. Aku patuh saja, jadi aku masuk rumah. Aku takut andai aku ngeyel malah terjadi sesuatu yang kurang baik dengan calon bayi kami. Jadi, ya sudah. Aku biarkan Mas Hanif mengikuti Bu Lala. Toh suamiku tidak akan kalah tenaga dengan perempuan. Tadi sebenarnya Mas Hanif tidak mau menemui Bu Lala sama sekali. Dia bahkan hampir saja menabrakkan mobilnya. Namun, aku terus menenangkannya agar dia tak emosi. Bu Lala sendiri sempat minta maaf padaku, dan aku hanya mengangguk. Aku sengaja tidak mengiyakan secara lisan karena ternyata maaf yang kupunya baru sebatas di luar. Begitu melihat