Aku merasa linglung saat pertama kali membuka mata. Bau khas rumah sakit langsung tercium kuat di hidungku. Kepalaku terasa pening, membuatku harus mengerjap beberapa kali untuk meredakannya. Ah, iya. Tadi aku pingsan setelah kejadian onar di laboratorium. Aku tidak yakin sudah berapa lama aku pingsan. Satu jam? Dua jam? Atau justru lebih dari itu? Yang jelas, langit di luar jendela tampak belum gelap. Itu artinya, ini masih siang atau sedang beranjak sore. Aku mengedarkan pandangan, tidak ada orang di ruangan ini. Mas Hanif tidak terlihat, entah dia sedang ke mana. Aku menghela napas pelan, merasa sebal dengan infus yang menancap di tanganku. Meski sudah sering berhadapan dengan benda ini, tetapi aku paling benci jika berurusan langsung. Kalau kurang pas cara memasangnya, tanganku bis