“Da … kamu habis kasih apa suamimu itu?” tanya Mbak Isna ketika kami makan siang bersama di kantin universitas. Kali ini memang aku sengaja ingin makan bersama kakak sepupuku. Mas Hanif bilang nanti akan menyusul setelah rapatnya selesai. Dia sedang rapat dengan para staf laboratorium. “Kasih apa gimana, Mbak? Yang jelas, dong, nanyanya!” “Dia kaya beda aja, gitu. Oke, dulu saat awal nikah itu dia agak berubah lebih manusiawi. Enggak yang diem aja. Tapi aku ngerasa seminggu terakhir ini dia kaya lebih manusiawi lagi. Eh, gimana jelasinnya? Intinya, dia jauh lebih ramah dari biasanya. Lebih baik dari saat awal kalian nikah.” “Emang iya, ya?” “Iya. Tanya aja Bu Lulu atau Bu Ami. Dosen fisika yang lain juga pada ngomongin suamimu terus akhir-akhir ini. In a good way, tapi, ya. ” Aku ters