Hanif’s POV Tak kusangka, aku menunggu hampir dua puluh tahun sampai akhirnya membagikan kisah traumaku pada orang lain. Pada orang yang dulu tidak pernah kuduga-duga. Dia adalah istriku, perempuan yang sebetulnya orang asing, tetapi kini telah menjadi bagian dari diriku. Itu pun, aku harus melalui pergulatan batin lebih dulu sampai akhirnya mantap menceritakan semua masalahku padanya. Ternyata, itu melegakan. Benar-benar melegakan. Ketakutan akan penghakiman sama sekali tak kudapatkan. Yang ada, aku justru merasa jauh lebih baik setelah berbagi dengannya. Dulu, satu-satunya alasan aku memutuskan untuk menyembunyikan semuanya adalah karena aku takut mendapat penghakiman. Terutama dari orang-orang yang tidak tahu duduk permasalahannya. Yang tahunya hanya menyimpulkan sebuah masalah hany