“Hah? Hari ini Mas Hanif ulang tahun?” aku menatap sekali lagi tanggal lahir Mas Hanif yang tertera di KTP-nya. Benda pipih itu memang sedang kubawa karena aku butuh untuk mengisi data. “Udah tiga puluh tiga tahun, dong? Ya ampun! Makin tua aja suamiku ini.” Saat ini aku sedang berada di rumah sendirian. Sejak tadi aku sibuk di ruang tengah sembari memangku laptop yang kupunya sejak kuliah. Ada beberapa data yang wajib kuiisi, dan salah satunya adalah data suami. Sebenarnya aku tidak perlu diberi KTP secara bentuk fisik, foto pun cukup. Herannya, Mas Hanif malah memberikan KTP-nya padaku. Dan ada yang tidak adil di sini. Foto KTP Mas Hanif tidak ada jeleknya sama sekali. Tidak seperti foto KTP-ku yang nyaris seperti foto aib. Ngomong-ngomong, Mas Hanif sudah bilang kalau dia akan pulang