Suasana sarapan pagi itu begitu hangat dn terlihat sangat harmonis. Sudah mirip sekali dengan keluarga kecil yang baru saja di bina. Adam semakin kagum dengan Dini karena masakannya benar-benar sempurna seperti masakan di restoran dan hotel berbintang yang sering di kunjunginya. "Kamu pintar sekali memasak?" tanya Adam tiba-tiba di sela keheningan itu dan menatap sekilas ke arah Dini yang nampak kesulitan memasukkan makanannya ke dalam mulutnya karena mual. "Kamu kenapa Dini? Kok seperti enggan untuk makan?" tanya Adam kembali setelah melihat keanehanpada Dini. Mita yang sejak tadi menikmati makanannya pun menatap Dini. "Kamu mual?" tanya MIta pelan. Mita tahu, Dini sedang bereprang sendiri dnegan tubuhnya. Rasanya mungkin lapar tapi mulutnya terasa mual untuk menerima makanan yang