Part 3

1074 Kata
Bel pulang sekolah berbunyi. Memberitahu seluruh siswa dan siswi bahwa waktu pelajaran sekolah telah selesai. Bel tersebut seakan memberi instruksi agar para siswa dan siswi segera pulang menuju rumah mereka masing-masing. Perlahan, siswa dan siswi kelas sebelas yang mendiami kelas Kyra mulai berjalan keluar kelas. Sementara itu Kyra lebih memilih untuk diam di tempat duduknya menunggu teman-temannya untuk keluar kelas lebih dahulu. Bukan karena apa ia melakukannya dengan diam dahulu, melainkan agar dirinya tak terdesak oleh teman-temannya yang terlihat sangat bar-bar jika pulang sekolah. Pernah suatu saat Kyra tertekan oleh kerumunan yang dibuat oleh mereka. Dan hal itu membuat tangan Kyra sakit akibat tekanan yang dibuat oleh teman-temannya. Tak lama menunggu mereka semua keluar dari kelas, akhirnya kelas pun menjadi kosong. Kyra segera berjalan keluar kelas untuk pulang ke rumahnya. Kyra dan adiknya Keila tidak pulang bersama seperti adik dan kakak pada umumnya. Mereka pulang sekolah dengan sendiri tanpa ada kata bersama. Tidak, bukan Kyra yang tak mau berjalan pulang bersama adiknya Keila. Melainkan Keila yang menolak untuk pulang bersama sang kakak. Keila memang tidak menunjukkan sifat rasa hormat kepada Kyra entah kenapa begitu. Dari dulu memang Keila tidak menyukai Kyra padahal Kyra tidak pernah melakukan hal-hal jahat atau tidak sopan kepada Keila. Bahkan Kyra selalu memperlakukan sang adik dengan sangat baik. Namun tetap saja kebaikannya tidak pernah dianggap oleh sang adik. Selalu saja Kyra yang kena marah jika Keila membuat kesalahan sedikit. Kalau untuk membela diri, Kyra pasti akan diam. Tidak menjawab atau membalasnya. Apa kau tahu karena apa? Semua itu Kyra lakukan demi menjaga hubungan antar keluarganya dan dirinya serta sang adik. Ia tidak mau adanya perpecahan di dalam keluarganya hanya karena kesalahan kecilnya. Jadi, wajar saja jika Kyra memilih diam membisu dan tidak melanjutkan perdebatannya. Ya, meskipun ia sendiri yang terkena imbasnya. Saat dirinya sudah berada di luar kelas. Tak sengaja kedua mata Kyra melihat Keila yang tengah duduk di taman sekolah bersama rombongan teman-temannya.  Jika dilihat dari mata memandang, mereka semua terlihat sedang bercengkrama dengan membicarakan hal-hal yang tengah menjadi topik obrolan diantara satu dan lainnya.  Sembari mengobrol, mereka juga terlihat membawa beberapa makanan dan minuman yang dijadikan tambahan untuk melengkapi perbincangan mereka mengenai topik obrolan yang sedang mereka bicarakan. “Kenapa Keila belum pulang ke rumah? Sedang apa ia berkumpul dengan teman-temannya di sana?” kata Kyra kepada dirinya sendiri, “apa aku hampiri aja ya untuk mengajaknya pulang bersama? Daripada nanti Keila kena marah aku nggak tega melihatnya.” Kyra akhirnya mengambil inisiatif untuk mengajak Keila pulang bersama. Ia pun berjalan mendekati taman sekolah untuk mengajak Kyra agar mau pulang bersama dengannya. Kyra tidak mau jika Keila pulang terlambat. Kyra takut Keila terkena amarah Anton dan Farah. Ya, meskipun sebenarnya dirinya yang sudah pasti terkena imbasnya. Namun sebagai kakak yang baik, Kyra tetap mempunyai niat baik untuk mengajak sang adik pulang agar tidak terjadi perpecahan saat jam pulang yang tidak sesuai dengan apa yang sudah tertera. “Kei, ayo pulang. Ternyata kamu masih di sini, ya?” ucap Kyra kepada Keila yang sedang berbincang kepada teman-temannya. Keila yang mendengar suara Kyra langsung menoleh dan menunjukkan intensitas tidak suka dengan Kyra. “Loh, ngapain ke sini?”  “Kakak lihat kamu belum pulang, maka dari itu Kakak ngajak Keila untuk pulang.” “Lo sendiri aja belum pulang kok, ngapain ngatur-ngatur gue? Nggak jelas!” jawab Keila dengan nada yang tidak enak di dengar. “Keila, bukannya apa. Tapi nanti kamu bisa kena marah kalau pulangnya telat. Udah yuk, pulang. Kakak bonceng pakai sepeda.” Kyra masih membujuk Keila yang tetap keukeuh tidak mau pulang bersama Kyra. “Kok lo ngatur? Gue mah nggak apa-apa pulang telat nggak bakal kena marah juga. Lo kali yang bakal kena marah. Mereka kan' sayang sama gue bukan sama lo!”  Meskipun Keila tidak sopan dengan dirinya. Kyra tetap berusaha untuk sabar dan berusaha untuk tetap membujuk Kyra agar pulang. “Keila, udah yuk pulang. Kakak nggak mau kamu kena marah nantinya.” “Gue nggak mau!” “Keila...” Merasa kesal karena Kyra masih saja memaksa Keila untuk pulang. Akhirnya Keila memutuskan untuk pergi dari sana dan membubarkan teman-temannya. “Loh, Keila mau kemana?” tanya Kyra. “Pulang! Puas lo?!” “Kenapa nggak bareng Kakak?” “Ogah! Lebih baik gue pulang sendiri!” tukas Kyra yang langsung masuk ke dalam angkutan umum yang berada di depan gerbang sekolah. “Hati-hati.” ujar Kyra yang tak terdengar oleh Keila yang sudah naik ke angkutan umum tersebut. Meskipun sifat sang adik tidak baik dengannya. Kyra tetap sabar dan tersenyum melihatnya. Ia juga sudah kebal dengan semua itu. Baginya hal tersebut sudah lumrah dan menjadi makanan sehari-hari untuk dirinya. Kyra melanjutkan perjalanannya untuk keluar dari sekolah, namun saat ia berjalan. Sebuah suara dari kejauhan memanggilnya. “Woi, berhenti lo!” Kyra merasakan seseorang memanggil namanya. Kedua inderanya tentu saja masih berfungsi untuk menangkap suara. Refleks, kepala Kyra memutar dan melihat sosok seperti cowok dari kejauhan mata memandang. Kyra berusaha membenarkan kaca matanya. Melihat dengan jelas siapa sosok yang memanggilnya tersebut. Akan tetapi rasanya sulit, ia memang memiliki minus di kedua matanya. Jadinya sulit menjangkau objek yang berjarak jauh seperti sekarang ini. “Siapa itu yang memanggilku?” Kyra bermonolog kepada dirinya sendiri. Bukannya mendekat kepada sumber suara, Kyra malah lebih memilih untuk pergi meninggalkan sumber suara tersebut. Bukan tanpa sebab ia melakukannya, Kyra melakukannya karena tak ingin pulang terlambat. Ia takut kalau dirinya pulang terlambat tidak sesuai dengan jamnya pulang maka ia akan dimarahi habis-habisan oleh Anton dan Farah. Kau tahu sendiri kan' bagaimana tegasnya dan galaknya kedua orang tua Kyra seperti saat kemarin itu. Dan Kyra tidak menginginkannya, ia tak mau dirinya membawa masalah karena pulang terlambat dan membuat kedua orang tuanya murka padanya. Kyra memang anak yang baik-baik. Ia tidak suka mencari masalah dan lebih memilih diam. “Woi!” panggil suara itu kembali. Akan tetapi Kyra berusaha untuk mengabaikannya, Kyra terus berjalan pergi keluar kelas menuju tempat parkir sepeda. Rasanya ia ingin segera cepat-cepat pergi dari sana agar tidak dipanggil oleh seseorang yang Kyra tidak diketahuinya. Sebenarnya, Kyra hanya mencari jalan aman agar tidak terkena masalah. Di saat Kyra sudah duduk di atas jok sepedanya, tiba-tiba saja Kyra merasakan seseorang menepuk pundaknya. Kyra menoleh dan melihat siapa sosok yang menepuk pundaknya itu. Apa kau tahu siapa orangnya? Orang yang memanggilnya barusan itu ternyata Aldo. Yang sekarang sudah berada di dekatnya.  Deg! “Kenapa lo tetap jalan di saat gue memanggil lo?” tanya Aldo dengan suara berat. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN