Kyra melanjutkan perjalanannya untuk keluar dari sekolah, namun saat ia berjalan. Sebuah suara dari kejauhan memanggilnya.
“Woi, berhenti lo!”
Kyra merasakan seseorang memanggil namanya. Kedua inderanya tentu saja masih berfungsi untuk menangkap suara.
Refleks, kepala Kyra memutar dan melihat sosok seperti cowok dari kejauhan mata memandang. Kyra berusaha membenarkan kaca matanya. Melihat dengan jelas siapa sosok yang memanggilnya tersebut. Akan tetapi rasanya sulit, ia memang memiliki minus di kedua matanya. Jadinya sulit menjangkau objek yang berjarak jauh seperti sekarang ini.
“Siapa itu yang memanggilku?” Kyra bermonolog kepada dirinya sendiri.
Bukannya mendekat kepada sumber suara, Kyra malah lebih memilih untuk pergi meninggalkan sumber suara tersebut. Bukan tanpa sebab ia melakukannya, Kyra melakukannya karena tak ingin pulang terlambat. Ia takut kalau dirinya pulang terlambat tidak sesuai dengan jamnya pulang maka ia akan dimarahi habis-habisan oleh Anton dan Farah.
Kau tahu sendiri kan' bagaimana tegasnya dan galaknya kedua orang tua Kyra seperti saat kemarin itu. Dan Kyra tidak menginginkannya, ia tak mau dirinya membawa masalah karena pulang terlambat dan membuat kedua orang tuanya murka padanya.
Kyra memang anak yang baik-baik. Ia tidak suka mencari masalah dan lebih memilih diam.
“Woi!” panggil suara itu kembali.
Akan tetapi Kyra berusaha untuk mengabaikannya, Kyra terus berjalan pergi keluar kelas menuju tempat parkir sepeda. Rasanya ia ingin segera cepat-cepat pergi dari sana agar tidak dipanggil oleh seseorang yang Kyra tidak diketahuinya. Sebenarnya, Kyra hanya mencari jalan aman agar tidak terkena masalah.
Di saat Kyra sudah duduk di atas jok sepedanya, tiba-tiba saja Kyra merasakan seseorang menepuk pundaknya.
Kyra menoleh dan melihat siapa sosok yang menepuk pundaknya itu.
Apa kau tahu siapa orangnya?
Orang yang memanggilnya barusan itu ternyata Aldo. Yang sekarang sudah berada di dekatnya.
Deg!
“Kenapa lo tetap jalan di saat gue memanggil lo?” tanya Aldo dengan suara berat.
“A-Aku nggak tahu Kak, maaf.” jawab Kyra gugup dengan jantung yang berdetak lebih cepat karena ketakutan.
“Nggak tahu apa? Jelas-jelas gue manggil lo dari tadi tapi nggak ada respon dari lo. Lo malah tetap jalan aja.”
“M-Maaf.”
“Lo punya telinga kan?” kata Aldo sedikit menyindir.
“P-Punya, Kak.”
“Dipake dong kalau punya itu. Gue manggil lo, lo harus jawab panggilan gue.”
“Iya, Kak.”
“Gue nggak suka dikacangin kayak gitu. Lo pikir lo siapa berani ngacangin gue, hah? Lo pikir lo cantik sok jual mahal gitu? Hahaha.” ledek Aldo.
“B-Baik, Kak.”
“Baik apa?”
“M-Maksudnya aku nggak ngacangin Kakak lagi.”
“Nggak usah gugup gitu jawabnya, gue manusia bukan setan.”
“O-Oke Bang, eh, K-Kak maksudnya.” jawab Kyra yang masih gugup sampai-sampai mengubah panggilan “Kak” menjadi “Bang”.
“Bang... Bang... Lo kira gue Abang lo?Masih aja gugup.”
“Maaf, Kak.”
“Ikut gue.” pinta Aldo yang langsung berjalan membelakangi Kyra.
“Kemana, Kak?”
“Nggak usah banyak tanya. Ikut ya ikut aja.”
“Oh, oke, Kak.”
Aldo berjalan di depan diikuti dengan Kyra yang berjalan di belakangnya. Kyra tidak tahu apa yang akan Aldo lakukan padanya.
Jujur saja Kyra sedikit takut, namun jika urusan membentak Kyra tidak membawanya ke hati. Karena dirinya sudah terbiasa dibentak sejak kecil. Ia sudah kebal dengan semua itu.
Kini, Aldo dan Kyra sudah sampai di ruangan Aula.
Kyra bingung. Tidak tahu ingin melakukan apa. Di dalam Aula itu hanya ada Kyra dan Aldo tidak ada yang lain.
“M-Maaf, Kak. Untuk apa kita berada di sini?”
“Lo pikir aja untuk apa?” Aldo malah bertanya balik meminta Kyra untuk berpikir sendiri dengan logikanya.
Seketika itu juga, Kyra langsung terbayang oleh berita di televisi tentang kasus asusila.
Tanpa pikir panjang Kyra pun langsung bersujud di depan kaki Aldo. Ia membungkuk dan memohon kepada Aldo agar tidak melakukan hal-hal aneh kepada dirinya yang membuat Aldo kedua alis Aldo bertaut karena bingung dengan apa yang Kyra lakukan.
“Tolong Kak, jangan melakukan apapun terhadap aku. Aku masih ingin punya cita-cita Kak, aku masih ingin sekolah.”
Mendengarnya Aldo malah terkekeh dan meremehkan Kyra.
“Hah? Lo gila? Lo pikir gue ngajak lo ke sini untuk apa? Lo aja jelek. Nggak ada cantik-cantiknya. Mana mau gue sama lo!”
Deg!
“Lo jangan sok kecantikan karena lo nggak cantik. Ogah banget gue sama lo. Rawat tuh muka lo, kayak cewek-cewek pada umumnya.” hardik Aldo yang membuat Kyra diam seketika itu juga.
“Gue bawa lo ke sini untuk ngebersihin Aula ini. Gue kena hukum suruh bersihin Aula sama guru karena ketahuan ngerokok. Jadi tolong lo bersihin ini Aula sampai bersih.”
“Kenapa harus aku?”
“Karena lo pacar gue.”
“...”
“Ralat, maksudnya pembantu gue. Cepet buru kerjain! Gue mau main game di depan! Kalau udah selesai lo baru boleh pulang.”
Perintah Aldo yang langsung pergi dari pintu Aula dan meninggalkan Kyra sendiri.
Kyra hanya bisa pasrah dan sabar di saat orang-orang memperlakukannya tidak baik seperti itu. Meskipun begitu Kyra tetap melakukan apa yang Aldo perintahkan.
Setengah jam berlalu akhirnya Kyra telah selesai membersihkan Aula. Ia terlihat sangat lelah dan letih.
Akan tetapi sepasang mata Kyra melihat air mineral di depan pintu Aula.
Kyra mengasumsikan bahwa air mineral tersebut merupakan pemberian dari Aldo. Kyra tak menyangka jika ternyata Aldo mempunyai perhatian kecil terhadapnya.
Bertepatan dengan itu, tiba-tiba saja Aldo datang memasuki Aula. Ia bertanya kepada Kyra mengenai Aula yang sudah selesai apa belum kepada gadis yang ia pacari agar bisa dijadikan b***k olehnya.
Kyra bilang bahwa semua sudut ruangan Aula telah ia bersihkan.
“Makasih Kak.” ucap Kyra tiba-tiba mengenai botol air mineral tersebut.
“Hah? Makasih apa?” beo Aldo.
“Makasih minumnya.”
“Dih, sejak kapan gue ngasih lo minum?”
“Ini?” Kyra menunjukkan botol air mineral kepada Aldo.
“Mana gue tahu itu minum siapa. Males amat gue ngasih ke lo secara cuma-cuma.” kata Aldo yang bergegas pergi dari Aula.
“Mau kemana Kak?”
“Pulang lah.”
Ternyata Kak Aldo baik. Walaupun dia kasar tapi dia tetap ngasih aku air mineral. Apa dia benar-benar sayang sama aku? Batin Kyra.
Jika memang Aldo benar-benar menyayanginya, seharusnya Kyra bersyukur bukan karena di kehidupannya ia tak lagi kesepian karena sudah ada sosok yang bisa menyayanginya meskipun seperti Aldo.
Tapi jika Aldo benar-benar tulus menyayangi Kyra, mengapa anak itu berlaku kasar dan suka memerintah dirinya seperti pembantu? Ah, entahlah. Kyra pun juga tidak tahu apa penyebab dari semua itu.
Di saat Aldo sudah pergi dari Aula tanpa mengucapkan terima kasih kepada Kyra, tiba-tiba saja kedua netra Kyra beralih melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah enam sore.
Sontak saja hal itu membuat Kyra terkejut setengah mati. Ia sangat takut jika nanti dirinya akan terkena amukan Anton dan Farah. Akhirnya, Kyra pun memutuskan untuk bergegas pergi dari Aula dengan cepat untuk pulang ke rumahnya.
***
Kyra mengayuh sepedanya dengan cepat. Hari sudah terlihat seperti ingin menggelap karena Kyra terlalu pulang terlambat dikarenakan Aldo yang menyuruhnya untuk membersihkan Aula.
Sekarang, Kyra sudah ada di depan pintu.
Dengan tangan yang gemetar Kyra membuka pintu rumahnya.
Ceklek.
“Bagus ya pulang terlambat.”
***