Mata Revan melebar seolah petir menyambar tubuhnya. Apa ia tidak salah dengar? Seketika senyum kecut pun tercipta di bibirnya. Raut kepercayaan dirinya menurun seratus persen mendapat jawaban demikian. Ia menunduk menyembunyikan wajahnya yang payah. "Kenapa?" tanyanya dengan suaranya yang bergetar. Padahal ia sudah memberi bukti nyata. Setidaknya, Yuna tak akan menjawab 'sampai kapanpun' bukan? Apakah kebencian Yuna padanya tak dapat ia hapuskan? "Jika pernikahan hanya akan melukaimu, aku tidak akan melakukannya. Menikahlah dengan wanita yang kau cintai. Jika yang kau ingin adalah untuk kebahagiaan Kania, aku akan selalu berusaha melakukannya." Yuna mengatakannya dengan mengusap air mata. Ia hanya tidak ingin menjadi seperti yang orang lain tuduhkan bahwa ia adalah wanita perebut calon su