Arbela yang sedang sibuk di butik terpaksa memberhentikan kerjanya dan siap-siap ke kantor sang suami mengantarkan makan siang seperti biasanya.
Namun, saat akan keluar dari ruangannya Arbela gak sengaja menyenggol Kanina yang membawa makanan dan alhasil baju Arbela terkena tumpahan minuman yang di bawa Kanina.
“Maaf Mbak Bela saya tidak sengaja. Maaf!” kata Kanina sembari berucap lembut menundukkan kepala.
“Tidak apa-apa Nin, saya bisa ganti baju kok,” kata Bela lembut dan tersenyum manis.
“Mau saya ambilkan baju baru Mbak Bela?” tawar Kanina dengan wajah polosnya.
Arbela hanya menggeleng dan kembali masuk ke ruangannya mengganti bajunya, karena air yang di tumpahkan Kanina sangat banyak jadi Arbela harus mengganti semua yang ada di tubuhnya.
Arbela berdiri melihat pakaian yang di gunakannya karena baru dua kali dia memakai dress. Biasanya Bela hanya memakai kaos, kemeja atau blous dipadukan dengan celana jeans. Karena disini gak ada celana jeans Bela mencoba memakai dress.
Dress yang digunakan Arbela berwarna hitam dengan lengan panjang sampai siku. Dengan rambut digerai dan sedikit memakai polesan make up natural. Arbela bersiap-siap mau ke perusahaan suaminya.
Sesampainya di depan pintu ruangannya, saat Arbela ingin mengunci pintu ruangannya lagi-lagi Kanina menghadang Arbela seperti sengaja menghambat Arbela ke perusahaan sang suami. Kanina memegang kepalanya dengan wajah seperti menahan sakit.
“Kamu kenapa Nin?” tanya Arbela memegang bahu Kanina dan mengecek suhu tubuhnya.
“Tidak apa-apa Mbak, saya hanya merasa gak enak badan saja,” kata Kanina lemah.
Luluk menghampiri Kanina, “Loh Nin, kamu kenapa? Barusan kamu terlihat baik-baik saja.” Katanya memicingkan mata ke arah Kanina yang merasa heran dengan temannya itu.
“Gue gak enak badal Luk,” kata Kanina malas melihat Luluk.
“Oh iya, Mbak Bela gak ke perusahaan Tuan Elang?” tanya Luluk.
Dengan spontan Arbela melihat jam yang sudah menunjukkan pukul satu lebih, dan itu membuatnya kesal.
“Astaga! Kenapa aku lupa, pasti Mas Elang nunggu aku,” lirik Arbela pada Luluk dan Kanina, Luluk yang tahu maksud bos barunya buru-buru merangkul Kanina.
“Mbak Bela pergi saja biar Kanina sama aku Mbak, banyak juga anak-anak lain,” kata Luluk dengan senyum lembutnya.
“Tap—“
“Ok, aku titip Kanina sama kamu ya Luk. Aku ke perusahaan suamiku dulu ya,” pamit Arbela memotong ucapan Kanina karena dia sudah janji mengantarkan makam siang buat suaminya.
“Baik Mbak Bela,” kata Luluk cepat.
Arbela buru-buru berlari kecil ke depan butik, di depan pak sopir yang menunggu Arbela sembari membawa bekal yang sudah di siapkan Arbela di mansion.
“Ayo Pak! Maaf saya terlambat,” kata Arbela sembari masuk ke mobil.
“Siap Nyonya muda.”
Di dalam mobil Arbela sangat gugup, bagaimana jika suaminya marah.
Sesampainya di perusahaan Arbela langsung buru-buru ke lift pribadi karena semua karyawan pernah melihat Arbela bersama Reyhan sang sekretaris sekaligus asisten pimpinan jadi mereka gak berani menghalangi Arbela. Mereka masih penasaran siapa Arbela itu, apakah adik, saudara, pacar atau istri mungkin.
Sesampainya di ruangan suaminya Arbela ngos-ngosan karena berlari dari lift ke ruangan suaminya Arbela berhenti sebentar dan merapikan pakaiannya, dia mengetuk pintu ruangan Elang.
“Masuk!” kata Elang dengan nada kesal.
Nyali Arbela mulai menciut takut mendengar nada suara Elang yang terdengar kesal. Tapi dia berusaha membuka pintu pelan. Saat Arbela masuk, dia melihat suaminya duduk di sofa dan ada teman-temannya juga. Dan ada perempuan sexy sedang menyuapi Elang. Arbela hanya diam di depan pintu ruangan Elang.
Elang buru-buru berdiri melihat Arbela datang menenteng bekal makan siangnya. Arbela terlihat cantik membuat Elang dan keempat sahabatnya terpesona.
“Cantik!” batin Elang tersenyum senang karena Elang suka melihat Arbela dalam balutan dress.
“Bu Bos cantik banget,” kata Calvin menyadarkan lamunan Elang dan yang lainnya.
“Jaga mata kalian dari istri gue! Sayang sini!” kata Elang tegas pada para sahabatnya.
Kata sayang yang di katakan Elang mampu membuat tubuh Arbela panas dingin.
“Mas Elang panggil aku sayang?” batin Arbela tersenyum manis.
Amara memutar pola mata malas melihat tingkah Elang dan teman-temannya.
“Jadi ini istri Elang, sebentar lagi kamu akan menjadi mantan istri dan gue yang akan jadi istrinya,” batin Amara menatap tajam Arbela.
“Bu Bos, Pak Bos sudah menunggu makan siang darimu karena dia ingin disuapi dengan tanganmu sendiri bukan dari tangan wanita kotor,” kata Reyhan sembari berdiri dan melirik sinis Amara.
Amara sedari jam dua belas sudah ada di ruangan Elang. Dia nyelonong masuk saat Elang dan keempat sahabatnya sedang ngobrol sudah seperti nyonya Pramudia tidak punya sopan santun membuat Elang dan keempat sahabatnya jengah melihat tingkah Amara.
Dan sudah hampir satu jam lebih Amara memaksa Elang agar makan makanan yang disodorkan Amara. Dan Elang enggan memakannya, karena dia sudah diberi tahu Brian jika makanan yang dibawa Amara itu diberi obat perangsang. Dan itu semakin membuat Elang geram.
Jika sang ayah tidak berteman baik dengan Tuan Wiguna maka sudah dari lama Elang mengusir Amara. Namun karena menghargai pertemanan sang ayah, Elang jadi menahannya.
Arbela berjalan pelan ke arah Elang sembari tersenyum manis. Dia membawa dua bekal dan memberikannya ke Reyhan satu seperti biasanya.
“Kak Rey ini.” Arbela menyodorkan bekal ke Reyhan, membuat Calvin, Brian dan Arthur memicingkan mata ke Arbela.
Arbela yang melihat itu hanya tersenyum kikuk, sedangkan Amara masih duduk di samping kiri Elang mencoba menahan amarahnya.
“Hanya Reyhan ini yang dikasih bekal Bel?” sindir Calvin pada Arbela.
“Maaf kak, aku gak tahu jika kalian ada di kantor Mas Elang,” kata Arbela tersenyum manis.
Elang menahan emosi melihat Arbela tersenyum manis ke Calvin.
“Gak apa-apa Bu Bos, tapi Bu Bos berhutang bekal makan siang sama kita,” kata Arthur lembut sambil mengedipkan matanya pada Arbela.
“Ekhem! Thur, mau gue congkel itu mata,” kata Elang sinis ke arah Arthur yang berani menggoda istrinya.
Arthur hanya cengar-cengir menatap Elang yang mulai emosi.
“b*****t! Kenapa Elang sangat memperhatikan dan menjaga wanita jalang ini,” batin Amara marah melihat Elang memperhatikan Arbela.
Arbela membuka bekal yang dia bawa, Amara melihat makanan yang di bawa Arbela.
“Makanan apa yang kamu bawa untuk Elang. Kamu pikir Elang mau makanan kampung seperti itu. Elang itu suka steak seperti yang aku bawa ini dari restoran mewah bukan makanan kampung seperti itu,” kata Amara mencemooh bekal yang dibawa Arbela.
Arbela melihat makanan yang di bawa Amara dan menatap Elang dengan penuh tanya. Elang tersenyum dan mengelus rambut Arbela pelan.
“Aku suka kok makanan yang kamu bikin enak dan kamu membuatnya dengan sepenuh hati,” kata Elang mampu menerbitkan senyum Arbela.
“Woi Kunti 2, lo tahu makanan yang dibuat dengan cinta sama itu makanan yang lo bawa dari restoran mewah tidak akan ada apa-apanya.”
Brian menunjuk makanan yang dibawa Arbela dan mencomot bakwan jagung. Dan itu membuat Elang menatap permusuhan dengan tingkah Brian.
“Makanan buat istri itu lebih lezat dan bergizi,” kata Brian sambil mengunyah bakwan jagung.
“Wah! Ini enak Bu Bos,” kata Brian sembari ingin mengambil bakwan jagung lagi namun tangan Brian di pukul oleh Elang.
“Brian!”
“Ih si Bos pelit benar jadi orang,” kata Brian cengengesan, sedangkan Reyhan, Calvin dan Arthur memakan makanan yang dibawa Arbela satu bekal bertiga.
Arbela menyiapkamn makanan buat Elang ke dalam piring dan sisanya disodorkan ke Brian.
“Ini kak.”
“Ya ampun, Bu Bos terbaik deh gak kayak itu Kunti 2,” kata Brian sambil menunjuk Amara yang diam sembari mengepalkan tangannya. Mereka sibuk memakan bekal yang dibawa Arbela tanpa memedulikan Amara.
“Anjir! Bakwan jagung gue bego.”
Reyhan mencomot bakwan jagung yang ada di tangan Arthur. Arbela tersenyum senang melihat sahabat Elang yang menerimanya dengan senang hati.
Arbela menyodorkan beberapa bakwan jagung ke arah Reyhan dan Arthur, tapi dengan secepat kilat Brian dan Calvin mencomotnya. Dengan tatapan tajam Reyhan, Arthur menatap Calvin dan Brian yang masih sibuk mengunyah.
“Woy, sialan! Itu bakwan gue.”
Arthur berusaha membuka mulut Brian namun Brian dengan cepat menelannya. Sedangkan Reyhan memukul-mukul tengkuk Calvin agar mengeluarkan bakwannya.
“Keluarin anjir!” kata Reyhan yang berusaha memukul-mukul tengkuk Calvin, tapi dengan cepat Calvin meminum jus yang disediakan Arbela. Lalu membuka mulutnya lebar-lebar dan menunjukkan mulutnya ke Reyhan jika di dalam mulutnya sudah kosong.
Reyhan memiting leher Calvin sembari menjitak kepalanya dengan kuat.
“Anjing lo!”
“b*****t! Sakit!” maki Calvin.
Elang memutar bola mata malas melihat tingkah temannya jika sudah bersangkutan dengan makanan pasti kayak anak kecil rebutan mainan. Dan Arbela hanya tersenyum melihat tingkah sahabat suaminya.
Elang menatap Arbela yang tersenyum manis melihat tingkah konyol sahabat temannya.
Arbela yang melihat Amara di cuekkan merasa kasihan dan iba, Arbela mencoba menawarkan jus pada Amara.
“Ini jus buat kamu,” kata Arbela sembari memberikan minuman.
“Gak sudi gue minum atau makan makanan yang lo buat jalang,” maki Amara pada Arbela
“Amara jaga ucapan lo!”
Ucapan Amara membuat Elang dan sahabatnya kaget dan menatap Arbela dengan tajam.
“Lang, kamu bentak aku demi wanita jal—“
“Amara cukup!” sanggah Arthur yang muak dengan tingkah laku Amara.
Amara yang emosi melihat Elang dan sahabatnya membela Arbela dengan cepat Amara meraih jus di depannya dan menyiramkan pada Arbela.
***