Bab 13.

1382 Kata
“Amara!” Teriak Elang, Reyhan, Calvin, Brian dan Arthur serentak, mereka kaget bukan main saat dengan tiba-tiba Amara menyiram Arbela dengan segelas jus ke muka Arbela dan itu membuat Arbela kaget. Sedangkan Amara kaget dengan teriakan kelima laki-laki itu. Amara bangkit dari duduknya dengan Amara yang menggebu-gebu akibat kelima laki-laki itu membela Arbela. “Apa? Kalian baru mengenal wanita jalang ini dan sudah membelanya segitunya. Dasar wanita jalang!” maki Amara tanpa takut dengan kemarahan kelima laki-laki itu yang sedari tadi sudah mencoba menahan emosi karena mengingat mereka berteman sejak masa kuliah. Semakin kesini kelakuan buruk Amara semakin terlihat, apalagi jika sudah menyangkut Elang, Amara akan sangat egois. Elang menggebrak meja kaca sampai pecah dan mengenai jarinya, darah yang mengucur dari jari Elang menyadarkan Arbela dari keterkejutannya. “Kau yang wanita jalang Amara! Berani-beraninya kau menyakiti istriku. Sudah bosan hidup kau Hah!” bentak Elang, yang membuat Amara syok karena untuk pertama kalinya Elang membentaknya. “Berani-beraninya kamu membentakku demi dia yang baru datang dalam hidupmu Lang. Padahal aku yang sudah bertahun-tahun bersamamu Lang dan mencintaimu Elang.” “Hahaha Amara, Amara! Lo bilang lo suka Elang, tapi lo obral tubuh lo sama laki-laki di luaran sana. Apa itu yang dinamakan cinta?” tanya Arthur dengan nada mengejek membuat Amara syok, dia menatap tajam Arthur dan menatap sendu Elang. “Gak, gue gak pernah ngasih tubuh gue ke laki-laki lain!” “Wow, wow! Bagaimana dengan kejadian di toilet kampus? Lo b******u bersama seorang laki-laki yang bukan pacar atau suami lo,” tambah Brian yang membuat Amara menggeleng. “Gak Lang, itu gak benar. Mereka memfitnahku agar kamu membenciku Lang, aku bukan wanita seperti itu.” Amara mencoba memegang tangan Elang, tapi dengan cepat Elang menghempaskan tangan Amara. “Jangan sentuh gue!” kata Elang sembari menatap jijik pada Amara. Amara tercengang melihat tatapan jijik Elang. Masuklah empat orang satpam, dan salah satu dari satpam itu membawa paperbag. Reyhan mendekat dan mengambil paperbag itu dan Elang menatap Amara dengan raut wajah kecewa. “Seret dia keluar dan ingat jangan pernah biarkan dia masuk ke perusahaan ini. Jika kalian lalai sampai dia masuk ke perusahaan ini maka kalian akan saya pecat!” kata Elang sambil menatap keempat satpam itu. Keempat satpam itu hanya mengangguk gugup, mereka takut melihat bosnya murka. Amara menggeleng saat keempat satpam menyeretnya dengan kasar. “Tidak Elang, aku gak salah. Wanita jalang itu yang salah. Lepaskan tangan kotor kalian dari tangan gue b******k! b******n lo Lang, lihat saja pembalasan gue!” teriak Amara marah saat dirinya diseret dengan paksa. Reyhan memberikan paperbag pada Elang, sedangkan Elang yang melihat Arbela masih terdiam langsung memegang bahu Arbela dengan lembut. “Bel!” Arbela terjingkat kaget saat Elang memegang bahunya. “Hah, i—iya mas,” Kata Arbela gugup dan takut bercampur. “Ini, ganti dulu bajumu.” “Iya mas, aku permisi ke toilet dulu ya.” Arbela langsung berjalan ke toilet dengan air mata yang mengalir deras dari pipinya. Di dalam toilet Arbela menangis sejadi-jadinya. “Hiks hiks apa aku gak pantas untuk bahagia ya? Bahkan aku selalu di rendahkan kayak begini.” “Lang, lo tenangin istri lo dulu sana, pasti dia syok dan kaget. Gue pulang dulu,” kata Calvin sambil memukul pelan bahu Elang. “Gue pamit Lang,” pamit Arthur. “Gue juga balik Lang, bilang makasih sama Bu Bos makanannya enak banget,” kata Brian yang masih mengunyah makanan. Arbela keluar dari toilet membawa kotak P3K untuk mengobati luka di jari Elang. “Mas, aku obati luka kamu ya.” Arbela duduk di sofa yang sudah di bersihkan oleh OB. Elang duduk dengan masih menatap Arbela, ada perasaan bersalah dan gak rela saat Arbela disakiti. Elang masih melihat ada berkas air mata di pipi Arbela, tangan Elang terangkat membersihkan sisa air mata di pipi Arbela. Arbela kaget dan menatap Elang, netra mata Elang dan Arbela beradu untuk beberapa saat, tapi dengan cepat Arbela memutuskannya. “Mas!” “Hhmm.” Sahut Elang. Hening beberapa saat, Elang dan Arbela sama-sama terdiam. “Ekhem! Kamu mau pulang Bel!” tanya Elang. Arbela hanya mengangguk sebagai jawaban. Elang dan Arbela berlalu pulang ke mansion sang bunda. *** “b******k lo Lang, b******n! Lo bersikap kasar sama gue hanya karena wanita jalang itu. Argh!” Amara yang frustrasi dengan tingkah Elang melampiaskannya kesebuah club malam. Dia mabuk sembari berceloteh tidak jelas, tiba-tiba seseorang dari belakang memeluknya sembari mencium leher Amara. Amara melihat ke belakang, dia tersenyum melihat siapa pelakunya. Arya, pria tampan pemuas nafsu Amara. “Hai, cantik kenapa sedih gitu? Gak kayak biasanya,” tanya Arya sembari memainkan daun telinga Amara. Amara yang merasa geli sekaligus nikmat memejamkan matanya, tapi dia masih bisa mendengar perkataan Arya. “Lo tahu Elang Candra Pramudia.” “Hem.” “Dia laki-laki kurang ajar Ar, dia berani berkata kasar dan mengusir gue dari perusahaannya hanya karena wanita jalang itu. Argh!” teriak Amara yang kembali emosi jika mengingat kejadian tadi siang. “Sudah, sudah. Jangan marah-marah, ayo ikut aku kita akan bersenang-senang. Nanti gue kasih tahu cara menyingkiri wanita jalang itu. Amara yang sudah mabuk melihat Arya pun tersenyum senang, Amara mengangguk semang sembari memeluk leher Arya. Dengan sigap Arya menggendong Amara naik ke atas masuk ke kamar tempat mereka biasa bercinta. Tanpa mereka sadari sedari tadi ada yang sedang memotret dan mengintai mereka dengan tersenyum senang mereka berdua bertos ria. *** Pagi-pagi Arbela sudah rapi, dia akan menemani Evelyn arisan disebuah mall. Hari ini Arbela menggunakan dress pemberian Evelyn. Elang yang melihat Arbela turun mengenakan dress pun tercengang, padahal Arbela hanya memakai make up tipis, tapi dia sangat cantik dan memesona. Clara dan Ayah Jordy memperhatikan Elang yang terus melihat Arbela. “Cantik kan kak?” tanya Clara di telinga sang kakak. “Iya, cantik banget,” kata Elang tanpa sadar sembari melihat Arbela berjalan turun bersama sang bunda. Elang yang masih terpesona dengan kecantikan Arbela terjengkit dan mengumpat saat ayahnya yang tiba-tiba menggebrak meja makan. “Anjing!” “Hahaha,” ketawa Jordy dan Clara. “Apa sih Yah, bikin kaget aja,” kata Elang kesal pada ayahnya. “Kamu ngeliatin apa sampai kayak gitu?” Elang bingung mau menjawab apa karena dia malu kalau mengaku dia terpesona dengan kecantikan Arbela. “Gak ada, Elang gak lihat apa-apa. Oh iya, Bunda sama Bela mau ke mana?” tanya Elang heran melihat bundanya dan istrinya sudah cantik pagi-pagi begini. “Mau arisan, Bunda ajak Bela buat menemani.” “Yang benar saja Bun, ini masih pagi loh,” heran Elang. “Ya sekalian Bunda mau ngajarin Bela belanja,” kata Evelyn sembari menengadahkan tangannya ke Elang. “Apa Bun?” tanya Elang bingung. “Atm kamu Lang, pelit banget kamu jadi suami, masak istri mau belanja gak dikasih uang.” “Istriku apa Bunda yang mau belanja?” tanya Elang malas melihat bundanya kalau belanja suka buang-buang uang. Tapi Elang masih tetap memberikan salah satu kartu di dalam dompetnya. Evelyn tersenyum dan mendekat ke suami tercinta lalu mencium dan memeluknya sekilas. “Yah!” “Pasti ada maunya ini,” kata Jordy sembari mengeluarkan kartu ATM berwarna hitam. “Makasih Ayah sayang,” kata Evelyn bahagia sembari berjalan menghampiri menantu kesayangannya yang hanya diam saja. “Gak ikut Bunda sama kakakmu, Cla?” tanya Jordy yang melihat anak cantiknya hanya fokus pada makanannya. “Gak Yah, aku ada kuliah pagi ini,” kata Clara sambil mengunyah makanannya. “Ya sudah, Bunda sama Bela pergi dulu. Eh tunggu Bunda lupa, kamu gak cium Elang, Bel?” tanya Evelyn membuat Elang dan Arbela kaget. “Eh Bun, itu—“ kata Arbela gugup. “Sudahlah Bun, sana pergi,” kata Elang salting karena bundanya asal aja kalau berucap. “Tidak, harus cium suami sebelum pergi. Sana cium Elang, dulu Bel.” Arbela melihat Elang minta persetujuan, Elang mengangguk pelan karena bundanya itu sangat keras kepala. Bundanya tidak akan berhenti sebelum apa yang di inginkan bundanya. Arbela berjalan mendekat ke Elang dan mulai menundukkan tubuhnya sedikit. Sedangkan Elang hanya diam membeku, ini untuk pertama kalinya Arbela mencium dirinya. “Anjir, kenapa gue jadi gugup gini?” umpat Elang dalam hati saat wajah Arbela terlihat sangat dekat dengan wajahnya. “Mas, aku minta izin cium pipi sedikit ya,” kata Arbela sebelum mencium pipi kanan Elang dan Elang hanya diam mematung. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN