Pagi-pagi sekali, Elang sudah ke kantor karena Elang akan ada meeting penting dengan kliennya. Kemarin sebelum kejadian Arbela di mall, Elang sudah meeting dengan salah satu orang kepercayaan perusahaan Wijaya Corp. Perusahaan yang akan melakukan kerja sama dengan perusahaan Elang, Lighting Star Grup. Karena ada ke kacauan yang terjadi di mall membuat Elang menghentikan meeting dan hari ini mitting di jadwalkan karena sang pemilik sudah berada di kota ini. Karena Elang tahu jika Arbela sedang dalam masalah.
Flashback on.
Elang sedang meeting dengan orang kepercayaan Wijaya Corp karena sang CEO belum pulang dari luar negeri, mereka sedang fokus dengan pembahasan meetingnya. Tiba-tiba ponsel Elang berdering, Elang melihat di ponselnya tertera nama sang bunda.
“Maaf Tuan saya angkat panggilan dulu, meeting ini akan dilanjutkan oleh sekretaris saya,” pamit Elang.
Orang kepercayaan Wijaya Company mengganggu dan meeting di lanjutkan oleh Reyhan.
“Halo Bun, ad—“
“Elang, cepat cari Arbela! Tadi Bela telepon Bunda, tapi di tengah Bunda dan Bela mengobrol, Bunda dengar suara keributan dan seseorang membentak Bela,” kata Evelyn memotong perkataan Elang dengan suara khawatir Evelyn menceritakan kejadian yang di dengarnya dari telepon tadi.
“Apa? Iya Bun, Elang cari Bela sekarang.”
“Ingat bawa mantu Bunda pulang dengan keadaan baik-baik saja Lang,” tekan bunda Evelyn ke Elang.
Elang mematikan telepon dari bundanya dan bergegas kembali ke Reyhan, lalu menjelaskan ke rekan bisnisnya dan meminta meeting di tunda karena ada masalah yang mendesak.
Untungnya rekan bisnis Elang mengerti, Elang dan Reyhan berlari ke ruangan CCTV dengan secepat kilat Reyhan memainkan tangan dengan lincahnya di keyboard mencari lokasi Arbela. Dan betapa terkejut dan marahnya saat melihat Arbela dihina, dicaci oleh mamanya dan tidak ada satu orang pun yang mau membantu Arbela. Sedangkan disekeliling mereka hanya melihat sambil mencibir Arbela.
“Kurang ajar mereka!”
Elang mengeratkan kepalan tangannya ditepian meja CCTV. Elang dan Reyhan berlari ke lantai dua karena Arbela di lantai dua mencari bahan masakan.
Sesampainya di lantai dua Elang melihat jika Nyonya Lilian ingin menyiram Arbela dengan minuman yang di rebutnya dari salah seorang pengunjung yang melihat pertengkaran itu.
Mall tersebut punya keluarga besar Pramudia namun karena pernikahan Arbela dan Elang yang belum di publish, membuat mereka tidak tahu jika yang sedang mereka tonton adalah menantu keluarga Pramudia.
Flashback Off.
Di perusahaan, Elang sedang duduk menunggu rekan bisnisnya. Tidak lama berselang pintu ruangan Elang terbuka. Terlihat Reyhan membawa masuk rekan bisnis yang sedang di tunggu oleh Elang. Seorang laki-laki tampan tidak kalah tampan dengan Elang. Elang menjabat tangan rekan bisnisnya di sambut hangat oleh rekannya.
“Selamat pagi Tuan Arkana!” sapa Elang sambil tersenyum ramah.
“Selamat pagi juga Tuan Elang!” sapa balik rekan kerja Elang.
Ya, Elang bekerja sama dengan CEO baru di perusahaan Wijaya Corp, Arkana Wijaya. Arkana datang bersama sekretarisnya Maya.
“Oh iya, Tuan Elang kenalkan ini Maya Sekretaris saya,” Arkana memperkenalkan sekretarisnya dan disambut uluran tangan Maya.
Elang menyalami Maya.
“Dan ini Reyhan Sekretaris sekaligus Asisten saya,” kata Elang memperkenalkan Reyhan.
“Reyhan Tuan.” Reyhan menjabat tangan Tuan Arkana dan Maya.
Mereka mulai meeting di ruangan khusus untuk meeting yang di sediakan Elang di perusahaannya.
Sedangkan Arbela mengikuti sang bunda ke butik, karena hari ini Arbela resmi menggantikan bundanya untuk mengelola butik. Dengan senang hati Arbela menerimanya karena dia merasa bosan jika hanya berdiam diri di mansion saja.
Evelyn juga sudah bosan bekerja, kemarin-kemarin Evelyn sudah menawarkan ke Clara, namun Clara tidak mau karena dia ingin mengejar cita-citanya sebagai model dan Evelyn hanya bisa mendukung keinginan anak bungsunya itu.
Sesampainya di butik sang mertua yang terlihat sangat megah dan berkelas. Evelyn keluar dari mobil diikuti oleh Arbela. Evelyn mengapit tangan Arbela dengan senyum mengembang Evelyn masuk ke butik diikuti oleh Arbela. Semua karyawan melihat Evelyn mengapit sayang tangan Arbela, tapi ada satu karyawan yang melihat Arbela dengan tatapan tidak suka.
“Kanina, kumpulkan para karyawan butik sekarang. Saya akan memberikan sedikit pengumuman.”
Kanina adalah salah satu karyawan kepercayaan Evelyn. Kanina tersenyum sambil menganggukkan kepalanya pelan dan memanggil sekitar sepuluh karyawan, tiga laki-laki dan tujuh perempuan. Semua berdiri di depan Evelyn dan Arbela. Arbela sedikit gugup dan malu.
“Pagi semua, apa kabar? Hari ini Ibu akan mengenalkan pengganti Ibu, karena mulai hari ini Ibu akan resent. Ibu ingin menikmati masa tua Ibu bersama keluarga dan ini—“
Evelyn memegang tangan Arbela dan menatap Arbela lembut.
“Ini Arbela, anak menantu Ibu.”
Semua kaget tidak terkecuali Kanina, dia masuk ke butik Evelyn atas dasar suruhan seseorang. Kanina kaget karena Arbela yang di perkenalkan sebagai anak menantu siapa lagi jika bukan Elang. Karena anak Evelyn hanya dua Elang dan Clara.
“Iya, Arbela ini istri dari Elang. Pernikahan mereka masih dirahasiakan karena suatu hal. Dan hari ini Arbela akan mulai menggantikan Ibu di butik, kalian bisa memanggilnya Mbak atau Kakak saja. Arbela adalah orang yang Ibu percaya buat mengurus butik ini.”
Semua bertepuk tangan dan tersenyum kecuali Kanina yang masih belum percaya. Karena selama dia kerja disini yang dia tahu Biancalah calon istri Elang. Kanina masih bingung dan bertanya kenapa bisa wanita ini yang menjadi istri Elang. Dia tahu seperti apa Bianca dan wanita di depannya ini bukanlah Bianca.
Evelyn meminta Arbela memperkenalkan namanya ke karyawan butik.
“Halo semuanya, perkenalkan saya Arbela mohon bantuannya di butik ini dan semangat kerjanya,” kata Arbela dengan senyum manis ke para bawahannya, perkenalan Arbela di sambut hangat oleh karyawan butik Evelyn.
Rencananya Evelyn akan mengganti kepemilikan butik ini menjadi atas nama Arbela tanpa sepengetahuan Arbela nantinya. Evelyn membawa Arbela ke ruangannya yang akan sebentar lagi menjadi ruangan Arbela.
“Bagaimana Sayang ruangannya? Apa ada yang mau diubah atau ditambah?” tanya Evelyn sambil mendudukkan dirinya di sofa, yang diikuti oleh Arbela.
“Tidak perlu Bun, ruangannya bagus Bela suka. Em, Bun boleh tanya gak?” tanya Arbela sambil tertunduk.
“Ada apa Bel?”
“Itu, setiap siang kan Bela mengantar makan siang ke perusahaan Mas Elang. Apa Bela masih boleh mengantarkan makan siang untuk Mas Elang, Bun?”
“Ih, dasar itu anak manja banget. Gak apa-apa Bel, kalau kamu gak keberatan, tapi kalau kamu merasa keberatan gak usah di antar. Dia biasa pesan sendiri makan siangnya,” kata Evelyn sewot karena dia masih kesal sama Elang yang lalai menjaga Arbela.
“Tidak kok Bun, itu kan sudah kewajiban Bela,” kata Bela sambil tersenyum lembut.
“Bunda harus berterima kasih sama Bianca karena dia sudah kabur di hari pernikahannya dan sekarang kamu yang menjadi menantu Bunda,” kata Evelyn sambil memeluk Arbela.
Arbela membalas pelukan sang bunda. Arbela merasa senang sebab mertuanya mencurahkan semua kasih sayang pada dirinya.
“Bela juga senang bisa menjadi bagian dari keluarga Pramudia Bun. Terima kasih juga karena Bunda sudah mau sayang dan peduli sama Bela,” kata Arbela sambil memegang erat tangan mertuanya.
“Sama-sama Sayang, karena kamu adalah wanita yang tulus dan Bunda yakin kamu bisa meluluhkan hati Elang.”
“Aamiin!” kata Evelyn dan Arbela bersamaan.
***
“Nona, dia nikah karena menggantikan Nona Bianca yang kabur di hari pernikahannya.”
“....”
“Siap Nona, saya pasti akan bikin dia hancur karena hanya Nona yang pantas bersanding sama Tuan Elang.”
“....”
“Oke, siap!”
“Lo gak bakalan bisa lama menjadi menantu Pramudia, lo bakal tergeser Arbela!”
Senyum sinis seorang wanita saat otaknya memikirkan sebuah ide licik.
***