115. Keponakan yang Hilang?

2106 Kata

“Anis bilang, Agas mulai bahas adiknya di depanmu, Fi,” ujar Mas Adam sembari meletakkan satu gelas es jeruk di depanku. “Kamu iyain aja. Enggak usah dilawan. Percuma.” Mas Adam dan Mbak Anis sudah pulang. Mbak Anis pamit tidur karena lelah, sementara Mas Adam menemaniku di belakang. Mas Kian bilang dia akan pulang agak sorean. “Tapi akan sampai kapan dia begitu, Mas? Aku kasihan, cuma dia kelihatannya kaya yakin banget kalau adiknya bener-bener masih ada.” “Aku enggak tahu sampai kapan dia akan begitu. Aku juga bingung harus gimana lagi negur dia. Udah bertahun-tahun dia masih selalu enggak terima kalau ada yang bahas adiknya udah pergi. Di sisi lain, aku paham. Saat itu emang dia udah pengen banget punya adik. Dan ketika akhirnya punya, dia jelas bahagia luar biasa. Daripada aku dan A

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN