Sudah lebih dari sepuluh menit, Mas Kian terus memelukku dari belakang. Aku sendiri berdiri menyandar padanya. Tangannya kadang sengaja agak mengangkat perutku yang sudah sangat besar. Meski hanya sesaat, itu terasa ringan. Sudah lima hari aku dirawat di rumah sakit. Kondisiku terus dipantau Dokter Wulan dan timnya. Aku tidak bisa menjamin kapan baiknya bayiku ini lahir, tetapi mungkin dalam dua sampai tiga hari kedepan. Bisa lebih cepat, bisa pula lebih lama. Benar tebakanku sejak awal. Bayiku akan lahir prematur dan pastilah akan dirawat di NICU untuk sementara waktu. Tak apa, rata-rata yang hamil kembar tiga memang begitu. Toh semua sudah dipersiapkan dengan matang. “Gimana perasaanmu sekarang, Fi?” tanya Mas Kian setengah berbisik. “Dunno. Campur aduk.” Aku menjawab pelan. “Sejak h