14. Perkara Anak

1902 Kata

“Detak jantung saya keras karena saya kaget kamu hampir jatuh. Ini refleks. Masa begini saja kamu enggak paham?” Mas Kian mendorongku mundur. Aku pun semakin mundur, membuat jarak kami semakin jauh. “Oh … ya, kan, saya cuma tanya. Soalnya keras dan cepet banget.” “Enggak perlu kamu ulang-ulang. Ayo, masuk. Saya lapar.” Mas Kian kini pergi meninggalkanku lebih dulu. Karena langkahnya lebar, aku sampai harus berlari demi menyusulnya masuk. Mas Kian langsung duduk di meja dekat jendela besar. Mau tak mau, aku mengikutinya. Dia kini sedang membuka buku menu dan pelayan sudah menunggu di sampingnya. Aku lekas duduk, lalu tersenyum ramah pada pelayan. Pelayan itu membalas senyumku tak kalah ramah. “Mau saya ambilkan buku menu, Kak?” “Enggak, Kak, enggak usah. Gantian aja.” “Baik.” “Saya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN