103. Hati yang Hancur

2002 Kata

Pagi ini aku dan Ayah datang ke kantor polisi. Kami datang berdua setelah diberi info oleh Mas Arga perihal kantor polisi mana yang harus didatangi. Seperti yang dia bilang semalam, hari ini dia tidak bisa ikut. Aku sangat maklum. Pasalnya, Mas Arga adalah dokter yang sangat sibuk. Dia dokter senior dengan seabrek ‘anak didik’-nya. Belum lagi, dia juga mengajar di kampus. Kesibukannya agak di luar nalar, makanya aku jarang sekali datang ke rumahnya. Ngomong-ngomong, Nafi sudah sadar. Hanya saja, dia masih sulit ditanya-tanya. Sadarnya masih setengah-setengah. Wajar, kecelakaan yang dia alami cukup parah. Tidak hanya soal janin yang sudah pergi, tetapi juga soal luka di sekujur tubuhnya yang bisa dibilang cukup banyak. Ah, mengingat saja membuatku ingin marah. Marah pada pelaku, juga mar

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN