Maafkan Aku Luna

1823 Kata

Luna tetap memejamkan matanya, takut jika ini benar-benar hanya ilusi yang akan menghilang begitu saja. Ia ingin menikmati setiap detik kehangatan ini, meskipun hanya dalam mimpi. Namun, kehangatan itu semakin nyata. Permana mengeratkan pelukannya, tangannya dengan lembut mengusap perut Luna yang membuncit, seolah berbicara pada bayi mereka. Luna bisa merasakan napasnya yang teratur di tengkuknya, bisa merasakan degup jantungnya yang tenang. Seketika, d**a Luna terasa sesak. Rindu yang selama ini ia tekan seakan pecah begitu saja. "Kenapa kamu di sini?" tanyanya pelan, suaranya hampir tak terdengar, tetap dengan mata tertutup. Permana tak langsung menjawab. Ia hanya semakin mendekap Luna, lalu dengan suara berat dan penuh kerinduan, ia berbisik, "Karena aku merindukan istri dan anakku,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN