Aku melangkahkan kakiku yang berat, mataku bengkak karna terlalu banyak menangis, sedangkan hatiku serasa di remas-remas dari dalam. Aku sangat terluka tapi di bagian hati yang orang lain tidak akan mungkin bisa mengetahuinya, terdalam. Papa menatapku dan sesekali memanggil namaku tapi tidak aku perdulikan sama sekali. Hatiku terlanjur sakit dengan tamparan yang dia berikan serta kenyataan bahwa aku ini bukanlah putri kandungnya. Sama sekali bukan! Reina menatapku sambil menyelonjorkan kakinya yang sakit di sofa, matanya menatapku sinis dan bibirnya menyunggingkan senyum penuh kemenangan. Sangat benci menatap Reina tapi aku tak bisa apa-apa, tak berdaya di bawah naungan papa, andai tidak karena papa, sudah aku cakar wajahnya. "Sudah aku katakan Zahra, kaulah yang posisinya tamu di ruma