Andini perlahan berdiri. Mata indahnya berhenti berkedip kala menatap cek yang Hannan sodorkan—seolah benda tersebut adalah benda paling menjijikkan yang pernah dia lihat. "Maaf," kata perempuan berkulit putih itu pelan, nyaris bergetar. "Aku tidak membutuhkannya. Simpan saja kembali uang Anda." Hannan mendongak, sebelah alisnya terangkat bingung. "Semua orang butuh uang." Andini menggeleng, ucapannya lebih tegas dari sebelumnya. "Aku tidak datang kemari dan menyusui Lingga demi uang. Aku melakukannya karena kemanusiaan." "Justru karena itu," balas Hannan dingin. “Jangan mencampuradukkan emosi dengan logika. Saya lebih suka kejelasan. Saya bayar untuk jasamu, setiap hal yang kamu lakukan untuk saya dan anak saya." Andini menatap lelaki di hadapannya penuh luka. Yang kali ini dia tidak