Pagi menjalar tenang di balik kaca rumah sakit, menyusupkan cahaya hangat ke ruang rawat Lingga. Aroma khas antiseptik dan suara mesin monitor yang berdetak pelan masih sama seperti malam tadi, namun ada sesuatu yang berbeda. Langkah kaki Hannan terdengar ringan, meski begitu posturnya tetap terlihat tegap—penuh wibawa. Pintu dibukanya pelan, nyaris tanpa suara. Tatapan mata Hannan langsung jatuh pada sosok perempuan muda yang tertidur sambil duduk di kursi di sisi tempat tidur bayi. Andini. Kepalanya miring, bersandar pada sandaran kursi, bibirnya sedikit terbuka karena lelah, dan tangan kirinya masih menggenggam selimut kecil Lingga. Rambutnya acak-acakan, tapi wajahnya terlihat damai. Terlalu damai untuk seseorang yang bukan siapa-siapa. Lingga juga tertidur pulas di dalam boks inku