Hening yang Merangkul.

1100 Kata

Pagi itu, Hannan tiba di kantor seperti biasa. Langkahnya teratur, jasnya rapi, dan wajahnya tanpa ekspresi. Bangunan perkantoran yang menjulang tinggi itu menyambutnya dengan udara dingin dan kesibukan yang telah dimulai sejak matahari belum naik sepenuhnya. Di lobi, pemandangan yang sedikit tak biasa menarik perhatiannya. Seorang pria paruh baya berdiri kikuk di depan pintu masuk, membawa kotak roti di tangan. Di sisi lain, satpam tengah menghadangnya, bersikeras melarang pria itu masuk lebih jauh. "Pak, saya mohon, lima menit saja!" pinta si penjual terdengar lirih dan putus asa. "Istri saya masih koma di rumah sakit, setelah melahirkan. Saya cuma butuh uang buat bayar biaya perawatannya." Satpam itu tetap tegas, menegakkan peraturan kantor. "Maaf, Pak. Ini gedung perkantoran, bukan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN