Ruang kerja lantai delapan itu sunyi. Hanya terdengar desis pendingin dan detik jam yang seolah berjalan lebih lambat dari biasanya. Hannan berdiri membelakangi pintu kaca besar, matanya menatap kosong ke hamparan kota yang masih sibuk meski waktu sudah menjelang malam. Ketukan pelan terdengar di balik pintu. Sekali. Lalu terbuka dengan hati-hati. Ira masuk tanpa suara. Langkahnya ringan, map hitam di pelukannya tampak kontras dengan blouse warna gading yang dia kenakan. Wajahnya tenang seperti biasa—sedingin pria yang kini membelakanginya. "Malam, Pak Hannan," Ira memulai, suara terdengar serius. "Saya sudah berhasil menggali informasi lebih dalam tentang Andini, seperti yang Anda minta." Setelah menyampaikan tujuan, Ira meletakkan map itu di atas meja. Hannan tidak langsung menoleh.