"Tinggalah di rumah saya." Hannan menoleh pada Andini untuk pertama kali, memandang perempuan berlesung pipi itu cukup lama. "Tinggalah dengan kami, Andini. Di rumah." Andini membeku di tempatnya. "Maaf, tinggal dirumah?" ulangnya pelan, seolah tidak yakin dengan apa yang baru saja didengar. "Kamu bisa tinggal di rumah saya. Gendong, susui, urus Lingga. Pembantu saya bisa bantu sisanya. Lebih aman. Saya tidak perlu cari kamu kemana-mana." Hannan menjabarkan panjang lebar. Andini mengernyit. "Anda bicara seperti itu seolah aku ini—barang titipan." Hannan mengangkat bahu. "Kamu yang bilang Lingga penting." Andini menarik napas panjang. "Apa anda pernah meminta seseorang untuk tinggal bersama sebelumnya?" Hannan menatapnya. "Tidak." "Lalu kenapa sekarang tiba–tiba terpikirkan hal itu?"