Tatapan yang Menghakimi Segalanya.

1099 Kata

Hari itu datang seperti lonceng terakhir dalam peperangan panjang. Langit Ibu Kota mendung, seolah menahan hujan agar tidak turun demi memberi ruang pada kemenangan yang akan terukir. Jam menunjukkan pukul delapan lewat dua belas menit ketika mobil hitam panjang berhenti di depan gedung Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Andini duduk di dalam mobil, diam. Jari-jarinya yang mungil menggenggam ujung kemeja dengan gugup. Lingga sudah dititipkan pada Lena pagi-pagi sekali. Ira duduk di sampingnya, sesekali melirik ke arah Andini yang belum juga bicara sejak mobil melaju dari rumah Hannan. "Kamu siap?" tanya Ira lembut. Andini mengangguk, meski wajahnya masih pucat. "Aku nggak tahu, Ra, siap atau nggak. Aku cuma ingin semua ini selesai." Pintu depan dibuka. Hannan berdiri di luar, mengenak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN