Gejolak yang Tak Diundang.

1138 Kata

Usai berbincang dengan Saskia, Andini diminta Ira menunggu sebentar di lounge kantor. Tempat itu senyap, dengan interior kayu gelap dan pencahayaan hangat yang elegan. Beberapa staf berlalu-lalang, tapi tidak ada yang mengganggu. Mereka tampaknya tahu siapa Andini. Bahkan resepsionis memberikan teh hangat tanpa diminta, lengkap dengan senyum sopan dan pandangan penuh hormat. Selang beberapa menit, Ira kembali. "Andini, Pak Hannan minta kamu ke ruangan sekarang." "Sendiri?" "Aku hanya diminta mengantar, tidak ikut masuk. Mungkin ingin bicara terkait pertemuan tadi." Andini bangkit, mengangguk sopan. Jantungnya berdebar pelan. Entah mengapa, langkah menuju ruang Hannan terasa lebih berat daripada sebelumnya. Begitu pintu dibuka, aroma maskulin khas ruangan itu langsung menyergap. Dingi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN