Pagi pertama di kediaman Hannan dimulai dengan kedamaian yang terkesan mewah. Tidak ada suara teriakan alarm, tidak ada denting piring dari dapur, tidak ada hiruk pikuk khas rumah biasa. Yang terdengar hanyalah suara air mengalir dari taman dan sesekali cicit burung di luar jendela kaca besar. Andini membuka mata, menemukan dirinya masih di tempat yang sama—dalam kamar tamu yang lebih luas dari apartemen studio yang pernah dia tinggali semasa muda. Lingga masih tertidur pulas, sesekali menggeliat dalam tidurnya. Cahaya matahari menyelinap lembut dari sela tirai yang tak sepenuhnya tertutup, memberi warna keemasan pada selimut bayi. Pintu diketuk. Bukan suara keras, lebih seperti gesekan pelan. Andini turun dari ranjang, membuka pintu, dan menemukan seorang staf perempuan berseragam netra