Ronald membiarkan Vanesha untuk menenangkan diri selama beberapa hari, dan tak lupa memberitahukannya pada Edo. Atasan adiknya itu sampai keluar sendiri menuju apartemen Ronald untuk melihat kondisi anak buah andalannya itu. “Berapa kali kukatakan jika kau tak seharusnya terlibat secara emosional dalam bekerja, Vanesha!” tegurnya dengan pelan, meski begitu tentu itu terdengar tajam di telinga Vanesha. Ronald yang berdiri bersandar di dinding, hanya diam dan menyaksikan itu dari jauh. Vanesha masih bungkam, matanya menatap kosong ke ujung meja. Itu membuat Edo cemas dan tak bisa menahan diri lagi. Lalu … PLAK! “Komandan!” teriak Ronald antara kaget dan marah melihat adiknya ditampar begitu saja. “Dia harus tahu di mana tempat dia seharusnya berada!” ucap Edo dingin lalu mencengkram ba