Raffa menghempaskan bokongnya di atas kursi, napasnya terengah sehabis berolahraga barusan. Keringat mengalir dengan deras membuat tampilan otot-otot di tubuhnya semakin mengkilap di bawah sinar lampu. Kaos tanpa lengan pun hanya tersampir tak berguna di bahu kokohnya, basah kuyup menyerap keringatnya sejak tadi. “Bos." Raffa menoleh sebentar ke arah Dewa yang muncul di ruangan gym miliknya itu, lalu meneguk minumannya dengan nikmat. “Apa hasilnya?” tanyanya, dia memang sedang menunggu penyelidikan yang dilakukan Dewa mengenai kejadian penembakan di apartemennya. Dewa menghela napas berat, apa yang akan disampaikannya pasti tidak akan membuat Raffa senang. “Dia sniper suruhan Frans, namanya Jack,” jelasnya. Gelas minuman di tangan Raffa seketika pecah dengan satu kali genggaman erat.