"Aku rasa, mereka merencanakan sesuatu." Alexander mengangkat alis. Menaruh gelas kosong ke sudut meja. Memperhatikan Lorna tajam. "Kau ingin aku memeriksanya?" tanya Billy. Memasang wajah datar. Alexander melirik. Menghela napasnya berat. Lalu mengalihkan pandangan, menatap tepat ke arah Scoot. "Biarkan pemuda itu yang melakukannya. Scoot harus dilatih." "Baik, Sir." "Kau tahu alasan Luiz mengundurkan diri?" tanya Alexander. Menatap tegas ke arah Billy. "Aku belum bicara padanya," jelas Billy datar. Seakan-akan mewakili segalanya. "Usahakan agar dia tidak bekerja untuk pesaing!" titah Alexander. Menekan ujung garpu pada sebuah potongan watermelon. Billy bungkam. Mengangguk pelan. "Dan, jika bisa, bujuk dia untuk kembali. Kau tahu tujuanku!" "Ya, Sir," balas Billy singkat.