"Kau tidak memberi tahu Milla tentang semua rencanaku, 'kan?" tanya Alexander. Selepas meneguk segelas coffee dengan campuran madu.
"Aku setia padamu," balas Billy datar. Sambil melirik ke arah pekarangan mansion yang terlihat luas. Mematri pandangan ke arah pelayan yang hilir mudik membawa keranjang berisi bahan makanan. Semua dari mereka diperiksa ketat.
Alexander mengulas senyum. Menatap dengan sebuah senyuman smirk. Ia menarik napas. Baru kali ini menuangkan minuman ke dalam gelas milik Billy. "Minumlah!"
"Thanks, Sir."
"Anak-anakmu memanggilku Daddy karena aku tidak ingin membedakan mereka. Tapi kau, masih sama. Biasakan dirimu untuk menyebut namaku, Alexander!"
Billy mendengus. Mengulas senyum, tipis. Ia segan. Merasa canggung jika memanggil Alexander dengan sebutan nama. B
