BAB 6

1504 Kata
Anna POV Dua minggu sudah ia tidak mengirimkan pesan lagi padaku setelah berminggu-minggu ia mengirim pesan dan tidak aku balas. Aku merasa bersalah pada tante Irene setelah mendengarkan ceritanya malam itu. Meskipun ia bukan istri om Javier tetapi aku juga tidak berhak merebut om Javier darinya. Sepulang sekolah aku melihat kamar tante Irene sangat ramai dengan orang-orang dengan acuhnya aku memasuki kamar seketika melihat om Javier menatapku. Tok tok tok Ketukan pintu menghentikan ku yang tengah berkutat dengan laptop dan segera membuka pintu kamarku. "An, ini untukmu" tante Irene memberiku sepiring makanan "Ahh terimakasih tante.. aku akan segera mengembalikan piringnya" ucapku menerima pemberiannya dan didehumkan tante Irene "Ouh iya besok pagi aku pindah dari sini" ujarnya membuatku tersentak kaget namun tidak menunjukkan secara langsung dihadapannya "Benarkah" ucapku dianggukannya "Kalau begitu biar saya salin makanannya di piring lain dan segera mengembalikan piring ini" kataku "Tidak perlu.. ini hanya sebuah piring.. rumahku tidak akan merasa kesepian jika hanya kehilangan satu piring.. sudah ambil saja piringnya anggap sebagai kenangan untukmu dariku" balasnya yang kemudian ia pergi memasuki kamarnya Tanpa perduli lagi aku kembali masuk ke kamar dan mengunci pintuku. Aku kembali dengan laptopku semenit kemudian aku termenung seraya menatap layar ponselku "Kenapa om Javier tidak memberitahu ku kalau dia akan pindah" gumamku langsung aku gelengkan kepala mengela nafas kasar "Untuk apa aku memikirkan semua ini, ini bukanlah hak ku" Aku mencoba meyakinkan diriku untuk menghapus semua mengenai om Javier. ---- Hatiku terasa hampa, begitu juga pikiranku yang kosong. Aku terus saja melamun merasa gelisah saat tidak memiliki aktivitas berat karena terus memikirkan om Javier yang tak kunjung menghubungiku atau lebih tepatnya aku sudah kehilangan hatiku yang kuberikan padanya. Setelah sebulan lamanya aku tidak mengetahui keberadaan maupun kabar dari om Javier tiba-tiba saja sebuah pesan masuk padaku membuatku tersentak kaget. "Hei.. aku tau kau wanita yang selalu menemani suamiku tidur. Mungkin dia (Javier) tidak memberitahu mu bahwa kami benar-benar sudah menikah sebulan lalu dan kini aku tengah mengandung anaknya. Jadi kumohon menjauhlah dari suamiku. Meski aku tidak mengenalmu dan kau juga tidak mengenalku setidaknya berfikir lah sebagai seorang wanita dan bagaimana jika kau di posisiku" Pesan itu jelas terketik oleh tante Irene yang ia sendiri sepertinya tidak tau bahwa yang ia kirimkan pesan adalah aku tetangga kosnya dulu. Aku gadis yang pernah ia bagi makanan. Aku yang pernah tidur sekamar dengannya dan berbincang panjang lebar dengannya. Atau mungkin ia berpura-pura tidak tau bahwa itu aku. Aku bukan lagi anak kecil yang berfikir tidak logis dan berpura-pura cuek dengan labrakan seorang istri pada selingkuh suaminya. Hatiku terasa sakit begitu mendengar bahwa mereka menikah. Bukan hanya status didepan orang lain melainkan menikah dihadapan tuhan. Tetapi bagaimana pun aku tidak bisa membiarkan diriku larut terus mengingat om Javier. Rasa sayangku padanya mungkin hanya sebatas rasa haus sayangku pada sesosok lelaki yang bisa mengerti diriku layaknya ayah dan kakak. Waktu begitu cepat setelah menerima pesan dari tante Irene aku memutuskan untuk hidup seperti anak seusiaku. Dan kini kehidupan ku sedikit berubah. Aku menghabiskan waktu ku untuk berpergian dengan teman sekolahku bahkan sekarang aku memiliki pacar yang satu kelas denganku. Yah mungkin dulu aku sangat tertutup tetapi itu tidak bisa aku biarkan begitu saja. Aku harus tetap menjalani masa mudaku dengan baik dan membuka hatiku untuk dihuni laki-laki lain. Rain adalah idola sekolahku. Tak sedikit pula yang mengaguminya terutawa kaum wanita. Meski Rain membalas setiap rayuan para gadis-gadis di sekolah kami entah mengapa aku tidak pernah merasa cemburu padanya. Ehm.. mungkin jika sedikit saja ada 'rasa cemburu' "Bie ke kantin yuk" ajak Rain yang duduk disampingku "Gak ahh aku malas keluar kelas. Badanku agak lemas hari ini" tolakku seketika ia menempelkan punggung tangannya di keningku "Kamu tidak demam kok" ujarnya "Lagi dilep bie.. perutku sakit badanku berasa lemas" terangku didehumkannya "Yaudah kamu mau dibeliin apa ?" Tawarnya "Apa aja deh terserah" "Gaya cewek manjanya keluar nih 'terserah' " celetuknya dengan senyuman lebar sebelum pergi meninggalkan ku di kelas "Loe yakin biarin Rain kelayapan keluar kelas sendiri" ucap Jessie menghampiri ku setelah melihat Rain keluar kelas "Kenapa memangnya" sahutku dengan santai "Rain itu idola sekolah Anna. Selangkah dia keluar pintu kelas udah diterkam gadis-gadis yang menunggunya" ujarnya kembali "Biarin aja.. kepala gue pusing.. jangan nambahin pusing deh.. lagian gue bukan emaknya yang harus ingetin dia terus.. gue bukan bodyguard nya yang harus jagain dia 24 jam" sergahku meletakkan kepala di atas meja "Yaudah terserah loe deh.. gue udah ingetin.. awas cowok loe diterkam macan belang diluar" ujarnya sebelum pergi meninggalkan bangku ku "Yaelah Jes, loe pikir gue gak tau.. loe juga naksir Rain kan.. loe dulu berusaha deketin Rain kan sebelum jadian sama gue.. bahkan udah tau dia cowok gue aja loe masih gak sungkan nebeng Rain pulang sekolah.. gue juga tau loe sering nyahut rokok yang lagi dihisap Rain" gumam pelanku Sepulang sekolah aku pun langsung melemparkan tubuhku diatas kasur. Menahan sakit di perutku hingga pada akhirnya aku tertidur sampai ketukan pintu membangunkan ku. Aku meraih ponsel di tasku melihat jam menunjukkan pukul 11 malam aku pun terjingkat dari kasur mengusap mataku berjalan menuju asal ketukan Ceklek "Ada apa Rain" tanyaku melihatnya berdiri di depan pintuku "Gak apa cuman mau ketemu pacar aja gak boleh ?" Tanya-nya aku dehumkan dan menyuruhnya masuk "Gimana perut mu masih sakit ?" Tanya Rain aku gelengkan "Aku mandi dulu yah.. kamu tunggu di kasur saja" ucapku mengambil pakaian ganti dan handuk lalu pergi ke kamar mandi "Aku nginep sini yah" ujar Rain saat aku keluar kamar mandi dengan balutan handuk di kepalaku dan berpakaian piyama "Berantem lagi sama bokap ?" Tanyaku dianggukannya "Kenapa gak nginap di rumah temen mu yang biasanya aja" ujarku "Gak boleh ya ?" Tanyanya "Terserah kamu deh" pasrahku membiarkan dia tetap berbaring di kasurku dan aku membuka laptop di meja belajarku "Kamu ngapain sih" tanya Rain "Ini bikin desain baju" jawabku "Buat apa" "Buat isi waktu luang aja" jelasku "Kan ada aku disini" ujarnya "Terus kenapa ?" Tanyaku "Ajakin ngobrol atau apa gitu" pintanya Aku mengehela nafas kasar menatap dirinya dengan sedikit kesal. "Yaudah kamu mau kita ngobrol apa ?" "Kamu tutup dulu laptopmu buruan kesini" pintanya aku segerakan Aku berbaring disampingnya dengan berbantalkan lengan Rain. "Aku kangen sama kamu. Seharian kamu jutek banget.. marah-marah terus karena lagi pms.. aku tau kok mood mu gak bagus.. tapi aku gak bisa di diemin sehari.. kamu tau kan meski banyak gadis diluar sana menyukaiku tapi aku hanya menyukaimu" ujarnya seraya memelukku erat dan mengusap kepalaku juga menyandarkan dagunya di puncak kepalaku Rain mengangkat daguku mendekatkan bibir kami perlahan aku menutup mataku. Ia mencium ku dengan hangat dan melumat bibir atas-bawah ku secara bergantian. Lidahnya mulai menjelajahi rongga mulutku ia merangkulku dan semakin erat hingga aku kesusahan bergerak. "Sudah tidur yuk.. aku takut lepas kendali" ujarnya setelah melepas ciumannya "Kan aku bangun tidur Rain gimana bisa tidur lagi" ujarku "Yaudah aku nyanyiin lagu pengantar tidur aja gimana ? Biar kamu cepat tidur" tawarnya "Iya deh boleh" terimaku "Kamu mau aku nyanyi lagu apa" tanya Rain "If you lagunya bigbang gimana, Kamu bisa kan ?" Tanyaku "Kalau itu bisa banget tiap hari kita dengerin di sekolah gara-gara kamu suka banget sama lagu itu" ucapnya membuatku tersenyum lepas Rain pun mulai menyanyikannya untukku. Mataku mulai berkaca saat mendengar ia menyanyikan lagu tersebut. Aku memang sangat mudah tersentuh dengan lagu yang liriknya mengena sekali di hatiku. Aku tidak ingin Rain melihatku meneteskan air mata sehingga aku pun menutup mata dan perlahan tertidur pulas. Alarm ponsel membangunkan ku di jam 07.00 karena hari ini aku libur sekolah. Bangun tidurku kali ini berbeda dari biasanya aku menemukan Rain yang telah terjaga disampingku "Morning" sapanya pagi ini "Morning" balasku "Hari ini keluar yuk" ajaknya "Kemana ?" "Kencan.. kemana saja yang penting keluar dulu" katanya aku iyakan Aku segera beranjak dari kasur untuk membersihkan diri dan kemudian berganti Rain. "Perasaan semalam kamu gak bawa apa-apa Rain ?" Heranku melihat Rain berganti pakaian "Aku bawa lengkap kok di mobil" ucapnya membuatku menaikkan satu sudut bibirku Javier POV "Siang ini nona Anna sedang pergi bersama teman sekelasnya tuan" asistenku melaporkan keberadaan Anna Ya meskipun aku sudah beberapa bulan tidak menghubunginya tetapi aku masih terus memantau keberadaannya bahkan aku tau dia telah berpindah kos dua bulan setelah aku pindah dari sana. "Terus awasi Anna saat aku tidak memantaunya" perintahku disegerakannya "Honey" Irene memasuki ruanganku tidak lama setelah asisten ku pergi Aku hanya mentapnya dengan datar saat ia mulai berjalan mendekati meja kerjaku "Honey.. kartu kredit ku sudah melebihi limit.. beri aku black card mu itu tidak ada limitnya kan" pintanya "Aku memberimu empat kartu kredit Irene itu juga atas namamu juga ada atas namaku.. bahkan aku memberimu debit card lalu kenapa masih meminta black card ku" tanyaku meminta penjelasannya "Semuanya sudah mencapai limit hari ini dan aku masih ingin membeli beberapa tas juga sepatu. Aku belum membeli ranjang tidur untuk calon anak kita" jelasnya yang aku tau menggunakan anak di dalam kandungannya sebagai alasan Karena ia sangat sering mengatakan semua kartunya mencapai limit karena berbelanja untuk calon anak kami namun laporan yang aku terima 94% belanjaannya hanya sebuah tas, baju, sepatu dan accesories tidak jelasnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN