Bab 33

2243 Kata

Pelukan Kafa ditubuhku perlahan mengendur. Sorot matanya membulat seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Aku masih menatapnya intens. Aku harus bisa. Aku tidak boleh menunjukkan padanya kalau akupun ikut sedih dengan apa yang kuputuskan saat ini. Aku harus tegar agar Kafa mau mengabulkan apa yang menjadi permintaanku. “Alasannya?” tanyanya dengan nada yang begitu dingin. Sorot matanya begitu tajam, tidak ada lagi senyum atau tatapan teduhnya. Kini mata elangnya seolah siap menerkamku, mencabik-cabikku sampai habis. Aku mengedipkan mata, mengalihkan pandangan pada objek lain. Belum Sab, belum waktunya kamu untuk menyerah! Semangatku dalam hati. “Setelah sekian lama ini, aku merasa kita nggak cocok, Kaf. There’s just something missing from our relationship," kataku mengu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN