Ngobrol bersama Dokter Emir ini kenyataannya lebih menyenangkan daripada yang ekspetasiku. Seringkali dia mengungkapkan jokes-jokes yang mungkin menurut orang lain garing, tapi malah menggelitiki perutku. Aku sampai tidak berhenti tertawa setiap kali ia bercerita tentang apa saja. Obrolan kami mengalir lebih lancar. Kukira orolan Dokter itu pakem, bahasannya kolot itu-itu saja. Aku bahkan sempat memikirkan untuk menanyakan beberapa penyakit yang mungkin berhubungan dengan lemak—serta kolerasinya dengan jantung—yang kerap dialami rekan kerja di kantor kelurahan—tapi tidak ada topik jantung dan peranakannya selama 45 menit kami bercerita, selain debaran jantung saat jatuh cinta. Dokter Emir sempat bercerita tentang pengalamannya dulu, saat jatuh cinta dengan kekasihnya sekarang ini. Dari ce