Sepanjang perjalanan pulang Mario terdiam. "Mar, kamu kenapa tiba-tiba mau tunda?" Neriti mencoba mengalihkan fokus suaminya. "Aku belum siap," jawab Mario bergetar. "Kalau belum siap kenapa kamu ajak aku?" "Maafin aku, Ner," jawab Mario lirih diiringi desahan. Mata laki-laki itu kembali fokus menatap ke luar mobil. Menyasar apa saja yang tertangkap oleh indra penglihatnya. Meski begitu banyak objek yang tertangkap, tetap saja tak tak ada yang menarik bagi Mario. Laki-laki kekar itu mulai menyendarkan kepalanya ke belakang. "Kamu enggak perlu minta maaf, Mar." Memang Neriti benar-benar tak menginginkan permintaan maaf suaminya. "Harusnya aku enggak gampang memutuskan." "Enggak usah disesali, Mar," ucap Neriti. Wanita itu terus mengemudi dengan hati yang sedikit gundah.