Kinara kembali dirawat di rumah sakit. Diandra mendampingi sang adik yang sedang diberi pertolongan pertama oleh paramedis. Jantung Diandra rasanya mau lepas. Takut bercampur bingung. "Bu Kinara bisa dipindahkan setelah diobservasi." "Terima kasih, Dok!" ucap Diandra senang. "Kak, kata dokter apa?" tanya Kinara lirih. Mata Kinara berkaca-kaca. Ia merasa tidak becus menjaga diri. Jika sudah seperti ini, semua jadi repot. Ia merasa tak enak. "Katanya mau diobservasi," jawab Diandra. "Maaf, ya, Kak," ucap Kinara penuh penyesalan. "Udah, kamu jangan banyak pikiran dulu!" "Kalau sampai bayiku kenapa-kenapa gimana?" Kinara menjadi takut kehilangan bayinya. Tangan gadis cantik itu mulai meraba perut. "Berdoa aja semua baik!" nasihat Diandra. "Tapi aku takut," rajuk Kinar