Rasa sakit di perut Nina semakin menjadi-jadi, berkali-kali ia merasakan sakit seperti ditikam oleh benda tajam, namun benda tajamnya tidak tampak olehnya.
“Nina.” Rafa menahan kedua bahu gadis itu yang sepertinya akan kembali melorot ke lantai. Wajah Nina pun memucat saat ia melirik pria itu, ingin rasanya ia berteriak meminta tolong pada papa atau kakak sepupunya agar menghampirinya, tapi apa dayanya sakit yang ia rasakan sekarang semakin menjalar ke bagian d**a dan menekannya begitu keras.
“Nin, kita ke rumah sakit aja ya,” pinta Rafa sudah mulai ambil ancang-ancang ingin membopong gadis itu.
“T-Tuan ... huek.” Desakan yang menekan bagian perut Nina hingga ke d**a membuat gadis itu muntah darah sama seperti dengan Aqila.
“D-Darah ... Nin!” Dengan rasa keterkejutannya Rafa langsu
